Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (4-habis): Tiada Lagi Suka Cita Natal
BANGUNAN MEGAH ini sudah mulai rapuh dimakan zaman. Gedung Setan, julukannya, menjadi tempar tinggal warga bermacam golongan.-Moch Sahirol Layeli-
Pendeta Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sawahan Harijani Tangko adalah pemimpin gereja kecil di Gedung Setan.
Pada Sabtu, 21 Desember 2024 lalu, ia diberi kesempatan oleh RT 03 RW 06 Banyu Urip Wetan I untuk melaksanakan ibadah di Balai RW bersama warga penghuni Gedung Setan.
Ada 12 warga yang mengikuti ibadah di Balai RW. Mayoritas merupakan perempuan. Mereka bernyanyi bagi Tuhan, bermazmur bagi Tuhan.
Momen doa bersama itu, meski sederhana, diharapkan bisa menjadi pengganti perayaan Natal yang hilang. Sekaligus menguatkan ikatan sesama penganut agama Kristiani.
"Karena penghuni Gedung Setan sedang mengalami musibah, kami bernyanyi dengan lagu yang meriah," ujar perempuan berusia 65 tahun itu.
Perempuan asal Kecamatan Sumber Wringin, Kabupaten Bondowoso itu diberi tahu bahwa ada 20 anak penghuni Gedung Setan ingin sekali merayakan Natal.
Sebab, mereka sudah berlatih khusus untuk bisa merayakan Natal dengan meriah tahun ini. Namun, tidak mudah untuk bisa mengumpulkan semua penghuni yang menempati Gedung Setan itu.
Jika memungkinkan, perayaan Natal ingin digelar di depan Gedung Setan pada Kamis, 26 Desember 2024. Apalagi, warga penghuni Gedung Setan hanya diberi waktu 10 hari untuk tinggal sementara di Balai RW setempat.
Menurut Harijanti, warga masih akan membahas waktu pelaksanaan yang tepat untuk menggelar perayaan Natal.
"Tadi saya lewat dicegat. 'Tante, kita mau adakan Natal.' Saya bilang, silakan, nanti saya yang pimpin tidak apa-apa. Ini supaya ada perhatian," kata Harijanti.
Hanya saja, perempuan yang menikah dengan lelaki asal Tana Toraja, Sulawesi Selatan itu, mengatakan, warga kesulitan untuk mengumpulkan semua warga penghuni Gedung Setan.
Bila perayaan Natal itu jadi dilaksanakan, kemungkinan akan digelar pada sore hari. Sebab, di pagi harinya, area Gedung Setan digunakan para pedagang beraktivitas di Pasar Kembang.
"Tapi memang untuk mengumpulkan semuanya warga mengaku kesulitan. Jadi sudah dua tahun ini kami (penghuni Gedung Setan) tidak merayakan Natal," ujar dia. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: