Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (3): Revitalisasi Sejarah, Abadikan Kultur

Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (3): Revitalisasi Sejarah, Abadikan Kultur

PENGHUNI GEDUNG SETAN berupaya menyelamatkan barang-barang miliknya pasca robohnya atap gedung tersebut.-Dinar Mahkota-

Gedung Setan bukan sekadar bangunan tua. Di dalamnya, tersimpan cerita masa lalu yang layak dikenang generasi mendatang. Perlu inisiatif pemerintah agar gedung peninggalan zaman Belanda itu tidak terlupakan.

SEJAK 1882, gedung bersejarah di Jalan Banyu Urip Wetan I A itu sudah dikenal sebagai Gedung Setan.

Adalah imigran Tiongkok yang merestorasi dan mempergunakannya sebagai tempat upacara pemakaman dan berbagai acara lainnya. 

Dahulu, bangunan itu dirancang sebagai vila untuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jawa Bagian Timur. Tetapi gedung itu tak pernah digunakan. Alasannya, sang gubernur sudah pindah tugas ke wilayah Maluku sebelum bangunan itu selesai.

BACA JUGA:Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (2): Pemilik Bangunan Terus Dicari, Pemkot Tak Bisa Intervensi

BACA JUGA:Nestapa Penghuni Gedung Setan Surabaya (1): Warga Kehilangan 'Rumah', Nasibnya Kini Terkatung-katung

Seiring waktu, gedung tersebut menjadi tempat tinggal bagi generasi penerus keluarga gubernur tersebut. 

"Mereka menjadikan gedung ini sebagai rumah, bahkan ada makam keluarga yang terletak di belakang gedung itu. Makam tersebut masih ada hingga tahun 1940-an," kata pegiat sejarah Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo, kepada Harian Disway, Sabtu, 21 Desember 2024.

Pada abad ke-19, imigran Tiongkok mulai tinggal gedung itu. Mereka adalah korban dari pembantaian sipil besar-besaran di Tiongkok, yang kemudian mengungsi di berbagai wilayah, termasuk Surabaya.


DINDING GEDUNG SETAN yang sudah sekian lama melintasi zaman.-Dinar Mahkota-

Tentu saja, masyarakat Surabaya lama masih ingat bahwa rumah itu pernah dihuni oleh Dr Teng Sioe Hie sekitar tahun 1930. Dokter tersebut membeli gedung itu dari pemiliknya: Jacobus Albertus van Middelkoop. 

Ya, wilayah sekitar gedung itu dikelilingi oleh pemakaman. Dan banyak orang Tionghoa yang datang ke tempat itu sebagai pengungsi akibat konflik di tanah air mereka.

"Mereka kemudian tinggal di Gedung Setan yang kini telah menjadi rumah bagi banyak generasi dari etnis Tionghoa," ujar Kuncarsono.

Namun, status kepemilikan gedung itu masih menjadi tanda tanya. Awalnya dimiliki oleh J.A. van Middelkoop. Lalu beralih ke Yayasan Tionghoa tanpa catatan jual beli yang jelas. Sekarang, tanah dan bangunannya memiliki status yang ambigu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: