Gas Melon Hilang, Kelas Menengah Malang
ILUSTRASI Gas Melon Hilang, Kelas Menengah Malang.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
”Mbok tutup-tutupi, nomere mbok ganti
Firasat ati angel diapusi
Senajan mbok ganti tukang las
Bakul sayur lan tukang gas
Titeni, bakale ngerti.”
PENGGALAN lirik lagu Los Dol karya Denny Caknan itu seolah mewakili luapan kegelisahan masyarakat kecil yang kerap merasakan dampak dari kebijakan pemerintah yang berubah tiba-tiba, termasuk kegelisahan karena permasalahan gas melon, gas elpiji tabung 3 kg.
Kebijakan pemerintah yang membatasi penjualan LPG 3 kg hanya di pangkalan resmi menjadi babak baru drama kelangkaan gas melon. Mulai 1 Februari 2025, pengecer dilarang menjual tabung subsidi tersebut. Alasannya jelas: memastikan subsidi tepat sasaran.
BACA JUGA:LPG 3 Kg, Pagar Laut Tangerang, dan Konversi Minyak Tanah ke Gas
BACA JUGA:Pengecer Dilarang Jual Gas LPG 3 KG, Mensesneg: Bukan Mempersulit, Tapi Merapikan
Ketika keputusan dibuat tanpa pertimbangan matang tentang situasi nyata di lapangan, merekalah –para ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, dan kelompok menengah bawah –yang pertama merasakan getahnya karena ”dihilangkannya tukang gas” dalam lirik lagu tadi, dari rantai pasok gas melon. Bahkan, tidak jarang kelelahan menimpa para pengantre gas melon ini.
ANTREAN PANJANG, BEBAN WAKTU, DAN BIAYA TAMBAHAN
Sejak kebijakan baru itu diterapkan, antrean panjang di pangkalan resmi adalah pemandangan yang makin lazim di berbagai daerah.
Bayangkan, seorang ibu rumah tangga yang dulu bisa mendapatkan LPG 3 kg di warung sebelah rumah dalam waktu lima menit, kini perlu menempuh jarak lebih jauh, menunggu giliran hingga berjam-jam, mempersiapkan syarat administrasi, dan terkadang harus pulang dengan tangan hampa ketika stok di pangkalan kemudian habis.
BACA JUGA:Prabowo Beri 3 Masukan untuk Bahlil soal LPG 3 Kg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: