Merayakan Cap Go Meh: Tradisi dan Makna

Perayaan dan tradisi Cap Go Meh untuk merayakan hari ke lima belas Tahun Baru Imlek --Pexels

Di Surabaya dan Semarang, kelenteng-kelenteng besar seperti Hong San Ko Tee (Surabaya) dan Sam Poo Kong (Semarang) menjadi pusat doa dan perayaan.

BACA JUGA: Imlek Hari ke-15 Saatnya Cap Go Meh atau Festival Lampion Digelar, Ini 7 Faktanya

Belum lagi kuliner khas di beberapa daerah yang sangat menarik. Cap Go Meh yang dipadukan dengan budaya lokal menghasilkan tradisi baru seperti hadirnya lontong Cap Go Meh, makanan yang merupakan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa.

Mitos dan Kepercayaan Seputar Cap Go Meh

Selain perayaan yang meriah, Cap Go Meh juga memiliki berbagai mitos dan kepercayaan yang berkembang di masyarakat. Berikut beberapa di antaranya:

a. Menyalakan Lentera Membawa Keberuntungan

Dalam tradisi Tionghoa, lentera yang dinyalakan saat Cap Go Meh melambangkan harapan untuk tahun yang cerah. Semakin banyak lentera yang dilepaskan, semakin besar keberuntungan yang dipercaya akan datang.

BACA JUGA: 7 Festival Besar Tionghoa Selain Imlek, Dari Cap Go Meh hingga Qi Xi

b. Jangan Bertengkar pada Hari Cap Go Meh

Ada kepercayaan bahwa bertengkar pada hari Cap Go Meh dapat membawa energi negatif sepanjang tahun. Oleh karena itu, banyak keluarga yang menghindari konflik dan memilih untuk menghabiskan waktu bersama dalam suasana damai.

c. Meletakkan Jeruk di Rumah sebagai Simbol Kemakmuran

Jeruk mandarin sering kali menjadi bagian dari perayaan Cap Go Meh. Buah ini dipercaya membawa keberuntungan dan kemakmuran jika diletakkan di rumah atau diberikan kepada orang lain.

d. Tradisi Makan Tangyuan untuk Keharmonisan Keluarga

Tangyuan, bola ketan yang diisi dengan pasta kacang merah atau wijen, merupakan makanan wajib dalam perayaan Cap Go Meh. Bentuknya yang bulat melambangkan kebersamaan keluarga dan keberlanjutan hubungan yang harmonis.

Sumber: