Ekonomi Surabaya Tumbuh 5,76 Persen di 2024, Sektor Jasa dan Industri Jadi Penopang

Ekonomi Surabaya Tumbuh 5,76 Persen di 2024, Sektor Jasa dan Industri Jadi Penopang

Warga Kota Surabaya mulai nyaman menggunakan transportasi publik untuk menjalankan aktivitas di luar rumah.-Humas Pemkot Surabaya-

SURABAYA, HARIAN DISWAY – Perekonomian Kota SURABAYA pada tahun 2024 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 5,76 persen. Ini melampaui pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang mencapai 4,93 persen tahun lalu. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 772,49 triliun, sementara PDRB atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp 485,45 triliun.  

Kepala BPS Kota Surabaya Arrief Chandra Setiawan menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Surabaya didorong oleh sektor jasa dan industri. 

Menurutnya, pertumbuhan tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib yang tumbuh 9,88 persen. 

”Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 14,57 persen,” ujar Arrief, Senin, 3 Maret 2025.  

BACA JUGA:Uang Layak Edar Turun 1,6 Persen, BI Fokus Percepat Digitalisasi Pembayaran

Sektor Jasa dan Industri Jadi Penopang Utama

Arrief menjelaskan, struktur perekonomian Surabaya tahun 2024 masih didominasi oleh sektor jasa, dengan Lapangan Usaha Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebagai kontributor terbesar sebesar 27,75 persen. 

Kemudian disusul oleh Industri Pengolahan dengan kontribusi 19,07 persen, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 16,34 persen.  

”Kelima lapangan usaha utama, termasuk Konstruksi dan Transportasi-Pergudangan, menyumbang 78,42 persen terhadap perekonomian Surabaya. Ini menunjukkan ketahanan sektor jasa dan industri sebagai penopang utama,” tambah Arrief.  

Meski demikian, Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan mengalami kontraksi sebesar 6,06 persen. 

Menurut Arrief, hal ini disebabkan oleh pola musiman dan dampak El Nino tahun sebelumnya yang menggeser masa tanam. 

BACA JUGA:10 Ribu Karyawan PT Sritex Berhenti Bekerja Mulai Hari Ini, Begini Komentar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto

”Produktivitas tanaman menurun akibat perubahan musim, sehingga sektor ini mengalami penurunan,” jelasnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: