Korupsi di Pertamina, Jalan Menuju Kehancuran Negara?

Kantor pusat Pertamina.-Humas Pertamina-
Dampak korupsi dapat mengakibatkan kemiskinan pada masyarakat. Selain menimbulkan efek secara langsung, korupsi bisa menimbulkan efek tidak langsung terhadap kemiskinan.
Alur korupsi itu awalnya memberikan dampak pada penurunan pertumbuhan perekonomian, yang akhirnya bisa mengakibatkan angka kemiskinan makin naik.
Akhirnya, masyarakat yang mengalami kemiskinan itu bisa merasakan mahalnya harga pelayanan publik, rendahnya kualitas pelayanan, kesehatan, dan pendidikan. Naiknya angka kemiskinan akan berimbas pada kriminalitas, naik lagi menjadi kerusuhan, naik lagi menjadi perpecahan bangsa.
Di tengah perekonomian global yang tidak menentu –yang berdampak pada perekonomian nasional– ternyata ada pejabat negara yang begitu ugal-ugalan melakukan tindakan korupsi yang terstruktur, masif, dan sistematis.
Korupsi itu sudah menjadi budaya yang dilakukan secara berkelanjutan, kolektif, turun-temurun. Lihatlah daftarnya: Bank Century Rp 7 T, BTS Kominfo Rp 8 T, Garuda Indonesia Rp 9 T, Sawit CPO Rp 12 T, Kemensos Rp 17 T, PT Jiwasraya Rp 17 T, PT Asabri Rp 22 T, PT TPPI Rp 37 T, Duta Palma Rp 78 T, BLBI Rp 138 T, PT Timah Rp 300 T, yang menempati puncak adalah Pertamina, Rp 968,5 T.
Pejabat kita terlalu bebal tidak mau mengambil pelajaran dari peristiwa korupsi yang menghancurkan negara. Misalnya, fakta business failure di Bulgaria yang mencapai 25 persen. Satu dari empat perusahaan di negara itu mengalami kegagalan dalam melakukan ekspansi bisnis dan investasi setiap tahun.
Korupsi melemahkan kapasitas serta kemampuan pemerintahan dalam menjalankan sebuah program pembangunan.
Lebanon nyaris senasib dengan Sri Lanka, mulai keruntuhan mata uang, kekurangan uang, tingkat inflasi yang mencekik, kelaparan yang meningkat, antrean yang mengular untuk bahan bakar, dan kelas menengah yang hancur.
Negara itu juga mengalami perang saudara yang panjang sehingga pemulihannya terhambat oleh disfungsi pemerintah dan serangan teror.
Fenomena itu sekarang tengah terjadi di Indonesia. Jika tidak diambil tindakan yang tegas dan decisive, korupsi di Pertamina bisa membawa kehancuran sebuah negara.
Sebagai pegiat literasi, penulis berharap agar yang tumbuh subur di tengah msyarakat adalah budaya baca yang bermuara pada kesadaran kolektif berbangsa, merawat tenun kebangsaaan, ijtihad ikhtiar secara kolektif mewujudkan bangsa unggul.
Faktanya, yang tumbuh subur dari hulu sampai hilir adalah budaya korupsi, yang dilakukan petinggi penyelenggara negara yang melekat sepenuhnya pada mereka hak-hak istimewa.
Namun, hak istimewa tersebut tidak membuat selesai dengan dirinya, justru melahirkan tindakan yang sangat animalitas, korupsi adalah jalan menuju gerbang kehancuran sebuah negara. (*)
*) Bambang Prakoso adalah dosen ilmu perpustakaan, FISIP, UWKS, dan ketua GPMB Jawa Timur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: