Dilema Pemain Diaspora, Sudah Bisakah Indonesia Mencetak Atlet Level Dunia?

Dilema Pemain Diaspora, Sudah Bisakah Indonesia Mencetak Atlet Level Dunia?

Pemain Timnas Indonesia menjelang laga melawan Australia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada 20 Maret 2025-PSSI-

Menarik dan berani sekali pernyataan pelatih timnas Bahrain Dragan Talajic tentang pemain naturalisasi Indonesia.

Pernyataan tersebut terlontar di pre-match press conference, Senin 24 Maret 2025 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, yang notabene adalah kandang lawan.

"Anda memiliki 300 juta orang dan kamu membawa pemain dari Belanda," ujar Talajic.

Bukan pernyataan yang salah. Kita juga tidak sepatutnya marah. Mungkin pernyataan Talajic ini menjadi pemicu kita untuk berpikir lebih kritis tentang kebijakan PSSI (dan cabor lain) terkait pemain keturunan.

Ketika berbicara mengenai status kewarganegaraan, ada azas Ius Sanguinis (keturunan) dan Ius Soli (kelahiran). Indonesia menganut azas Ius Sanguinis dan tidak mengakui kewarganegaraan ganda. Artinya, asalkan pemain tersebut memiliki garis keturunan dari Indonesia, dia bisa menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan bisa membela timnas. 

Itu yang kita lihat dalam timnas Indonesia yang berlaga di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dan cabor lain yang mulai mengikuti langkah mencari pemain-pemain diaspora. Sebut saja timnas basket dan renang. Mungkin cabor lain mulai kepikiran. Kecuali bulu tangkis yang agak laen dengan "mengekspor" pemain.

Pemain-pemain tersebut punya garis keturunan dari Indonesia. Mayoritas dari generasi kakek dan neneknya. Jarang yang blasteran orang tua atau half-blood. Entah itu dari kakek, nenek atau orang tuanya, mereka tetap bisa mendapatkan status WNI, jika mau.

Tidak ada yang salah sampai titik ini. Tetapi saat melihat lebih mendalam, bisa dibilang, pemain diaspora tersebut adalah "produk jadi" dari negara lain.

Selain garis keturunan, Indonesia tidak berkontribusi apapun dalam perkembangan, kemampuan, dan ketangkasan diaspora tersebut sebagai atlet.

Pemain-pemain keturunan ini bukan hal baru di dunia olahraga. Negara-negara lain juga melakukan hal yang sama. Hanya saja berbeda treatment dan "tujuannya" dengan yang dilakukan di Indonesia.

BACA JUGA:Calvin Verdonk Optimis Timnas Indonesia Bisa Kalahkan Bahrain, Asal Perbaiki Defense!

Mari kita lihat skuad timnas Jepang saat ini. Mereka tidak memiliki pemain naturalisasi. Tapi ada kiper Zion Suzuki, pemain blasteran. Ayahnya dari Ghana dan ibunya orang Jepang.

Suzuki lahir di New Jersey, Amerika Serikat. Tapi dia tumbuh besar di Jepang dengan bergabung bersama tim junior Urawa Reds Diamond saat berusia 9 tahun. Sembilan tahun. Bukan 19 atau 29 tahun.

Ada beberapa pemain blasteran Jepang di generasi sebelumnya. Tapi kasusnya hampir sama dengan Suzuki. Mereka (sebagian) lahir dan besar di Jepang. Artinya Jepang-lah yang mendidik mereka. Tidak perlu saya jelaskan tentang performa timnas Jepang saat ini. Delapan kali beruntun lolos Piala Dunia, bahkan Piala Dunia 2026 menjadi yang tercepat dalam sejarah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: