5 Lagu Titiek Puspa yang Tak Lekang Zaman, Ada yang Dikover NOAH

5 Lagu Titiek Puspa yang Tak Lekang Zaman, Ada yang Dikover NOAH

Titiek Puspa ikon musik Indonesia telah berpulang, berikut 5 karya lagu yang membesarkan namanya di belantara musik Indonesia. --youtube

Barangkali ini adalah lagu yang paling identik dengan Titiek Puspa. Kupu-Kupu Malam bukan sekadar lagu. Ia adalah potret sosial yang jujur dan dalam.

Lagu itu berkisah tentang para pekerja seks komersial, terutama perempuan. Tapi tidak dengan nada menghakimi. Justru Titiek menuliskannya dengan rasa empati yang halus, menggambarkan sisi kemanusiaan mereka.

Mereka yang dikutuk oleh kehidupan, dipeluk oleh malam, dan dicinta oleh sepi, begitu kira-kira gambaran liriknya. Lagu itu melampaui masanya. Dan hingga kini tetap menjadi simbol kekuatan narasi dari balik dunia malam.

Lagu itu pernah di-cover oleh NOAH pada 2008, dan kembali meledak. Namun, publik tidak pernah lupa siapa yang ada di balik karya monumental tersebut.

BACA JUGA:Keenan Nasution Tolak Royalti Rp 50 Juta dari Vidi Aldiano, Ini Alasannya!

BACA JUGA:The Script Bakar Jakarta, Surabaya Bersiap Menyambut Euforia

Itulah 5 lagu Titiek Puspa yang tidak lekang oleh waktu. Titiek Puspa adalah seniman yang lengkap. Ia menulis lagu, menyanyi, menjadi aktris, bahkan menulis buku.

Dalam setiap bidang yang ia sentuh, ada benang merah yang sama: kejujuran. Ia tak pernah berusaha menjadi orang lain. Gayanya tetap sederhana, sopan, dan bersahaja—bahkan ketika popularitasnya memuncak.

Dan memang, banyak lagu terkenalnya yang ditulis di jam-jam dini hari. Ada kekhusyukan, ada kesendirian, yang justru membuat karya-karyanya terasa seperti doa.

Di masa ketika dunia musik masih sangat didominasi laki-laki, Titiek Puspa hadir sebagai sosok perempuan yang tegak berdiri. Ia bukan sekadar penyanyi panggung. Ia adalah produser bagi dirinya sendiri. Penulis lagu. Kreator. Dan itu sangat langka di masanya.

Ia juga tidak takut menyuarakan hal-hal yang dianggap tabu. Dalam Kupu-Kupu Malam, ia bicara soal prostitusi. Dalam Apanya Dong, ia bicara soal kemunafikan sosial. Dalam Doa Seorang Ibu, ia bicara tentang kematian dengan sangat jernih.

Keberaniannya itulah yang membuatnya dihormati, bukan hanya oleh penggemar, tapi juga oleh seniman-seniman lintas generasi.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber