Mengasuh dengan Pikiran Terbuka Sejak Dini

Mengasuh dengan Pikiran Terbuka Sejak Dini

Di Indonesia, pola asuh otoritatif, yang hangat namun tegas, dianggap paling ideal. --Pinterest

HARIAN DISWAY - Di ruang makan yang sederhana, seorang ibu bertanya pada anaknya, “Kamu kesulitan di matematika? Apa yang bisa Ibu bantu?” Bukan bentakan, bukan penilaian. Hanya tanya dan pelukan.

Tampak biasa, namun di balik itu tersimpan kekuatan besar: pola asuh yang membentuk cara berpikir. Dalam keluarga, anak bukan hanya belajar berjalan dan berbicara, tetapi juga menyusun cara memandang hidup.

Pola pikir, apakah ia merasa mampu belajar atau menyerah saat gagal, sering kali ditanam sejak dini, bahkan tanpa disadari. Di sinilah peran orang tua menjadi kunci.

BACA JUGA: Peran Ayah sebagai Role Model dalam Keluarga

Penelitian dari Carol Dweck, seorang psikolog dari Stanford University, menunjukkan adanya dua jenis pola pikir: fixed mindset dan growth mindset.

Anak dengan fixed mindset percaya bahwa kemampuan bersifat tetap, sementara growth mindset membuat anak meyakini bahwa kecerdasan bisa berkembang lewat usaha. Pertanyaannya: dari mana anak belajar percaya itu?

Jawabannya sering kali mengarah ke rumah. Ketika orang tua memuji proses, bukan hasil semata, atau ketika kesalahan dijadikan bahan refleksi, bukan celaan, anak belajar bahwa gagal bukan akhir.

BACA JUGA: 5 Kiat Parenting Tionghoa, Efektif Mendidik Anak Mandiri dan Sukses

Sebaliknya, kritik keras yang tak konstruktif atau pujian berlebihan tanpa konteks bisa membentuk pola pikir kaku yang takut gagal. Di Indonesia, pola asuh otoritatif, yang hangat tapi tegas, dianggap paling ideal. 


anak bukan hanya belajar berjalan dan berbicara, tetapi juga menyusun cara memandang hidup. --Pinterest

Dr. Lucia R.M. Royanto, pakar dari Fakultas Psikologi UI, menyatakan bahwa growth mindset dan resiliensi perlu diasah sejak dini untuk membentuk generasi unggul Indonesia .

Namun tak semua keluarga memiliki kesadaran akan hal ini. Kesibukan, tekanan ekonomi, dan warisan pola pengasuhan dari generasi sebelumnya membuat sebagian orang tua memilih jalan praktis.

BACA JUGA: Alasan Seseorang Lebih Mudah Marah dengan Keluarga Dibandingkan Orang Lain

Misalnya dengan membentak, menyuruh diam, atau menyerahkan pendidikan mental pada sekolah. Padahal, sekolah tidak selalu mampu menambal kekosongan yang terjadi di rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: