Cerita Diaspora dari Marisa Tania: Engineer Indonesia Menembus Silicon Valley

Bersama CEO Paypal Alex_Chriss.--
Bayangkan berada di tim global yang menangani jutaan transaksi per hari, dengan sistem yang tidak boleh gagal satu detik pun. Di sanalah saya sekarang. Bukan sebagai pengamat. Tapi sebagai engineer yang ikut menjaga agar semuanya tetap berjalan — di jantung industri teknologi dunia, Silicon Valley.
Setelah mempertajam keahlian di dunia teknologi, saya mendapat kesempatan magang di Intel selama dua semester. Itu adalah wawancara pertama saya di industri teknologi—dan CV saya langsung mencuri perhatian.
Saya masih ingat komentar pewawancara: "Saya belum pernah lihat ada yang lompat secepat dan sejauh ini, dari fashion ke computer science".
Latar belakang nonteknik saya yang dulu terasa "tidak relevan", justru menjadi nilai pembeda yang kuat.
Di Intel, saya berkontribusi dalam pengembangan data pipeline untuk sistem cloud computing berskala global—digunakan lintas divisi. Hampir semua anggota tim memiliki gelar PhD. Banyak di antaranya adalah engineer senior dengan pengalaman puluhan tahun. Dikelilingi orang-orang jenius yang rendah hati dan suportif memberi saya pijakan nyata di dunia profesional yang sebelumnya terasa jauh.
--
Namun kenyataan industri tak selalu sejalan dengan pencapaian pribadi. Tahun 2022-2023, dunia teknologi dilanda gelombang PHK besar-besaran. Meskipun saya telah menyelesaikan dua magang dan sempat menerima tawaran full-time, semuanya dibatalkan karena hiring freeze.
Saya kembali ke titik nol—di tengah pasar kerja yang tak stabil dan sangat kompetitif.
Sejak Februari 2023, saya mulai melamar hampir setiap hari—mencari lowongan, menyesuaikan resume, menulis cover letter, dan menunggu kabar—sering kali tanpa jawaban.
Beberapa teman saya bahkan harus menunggu hingga dua tahun setelah lulus untuk mendapatkan pekerjaan pertama mereka.
Setelah ratusan aplikasi, belasan wawancara, dan berbulan-bulan menanti, akhirnya pada bulan Mei saya menerima dua tawaran: Bitly dan PayPal.
Saya memilih PayPal. Memulai babak baru sebagai software engineer dalam sistem berskala global. Meskipun masih work from home, saya langsung masuk ke ritme kerja nyata—mengelola sistem dengan jutaan pengguna dan transaksi setiap hari.
Di PayPal, saya dipercaya menangani proyek-proyek penting lintas zona waktu. Saya terlibat dalam diskusi desain arsitektur sistem, pemilihan teknologi, dan kolaborasi teknis dalam tim yang dinamis.
Dalam dua tahun, saya berpindah di lima proyek berbeda. Masing-masing dengan tantangan, tech stack, dan kompleksitasnya sendiri. Dari sistem transaksi internal hingga integrasi layanan machine learning.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: