Menjadi K-Popers: Cara Sunyi Gen Z Bertahan dari Tekanan Hidup

Bagi banyak Gen Z, menjadi K-Popers bukan sekadar mengikuti tren atau menyukai musik dari Korea Selatan. Lebih dari itu, ia telah menjelma menjadi bentuk pelarian yang sehat dari tekanan hidup yang terus menghimpit. -@Kraze-Tiktok
Gangguan mental yang paling umum di kalangan remaja adalah gangguan kecemasan (3,7 persen) dan depresi (1,0 persen). Namun, meskipun prevalensi gangguan mental emosional di kalangan remaja cukup tinggi, hanya sebagian kecil yang mencari bantuan profesional.
Data menunjukkan bahwa hanya sekitar 2,6 persen remaja yang mengalami masalah kesehatan mental mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku.
BACA JUGA: RUNSEOKJIN_EP.TOUR Diumumkan, Jin BTS Siap Temui ARMY Lewat Tur Solo Dunia!
Hal ini mengindikasikan bahwa masih ada tantangan besar dalam meningkatkan kesadaran dan aksesibilitas layanan kesehatan mental bagi remaja di Indonesia.
Penting untuk terus mengedukasi masyarakat, khususnya remaja, tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan menghilangkan stigma terkait pencarian bantuan profesional.
Dalam realitas ini, banyak Gen Z merasa sendirian, tidak cukup aman untuk terbuka pada lingkungan sekitar, atau bahkan merasa gagal dalam menjalani hidup.
BACA JUGA: 7 Lagu Suga BTS yang Underrated, Dihindari karena Angkat Tema Kesepian dan Kesehatan Mental
Di titik inilah, dunia fandom hadir sebagai ruang aman. Ketika seseorang merasa tidak dimengerti oleh dunia nyata, mereka sering kali menemukan pengertian dalam lirik lagu idolanya.
Ketika tekanan tugas kuliah, konflik keluarga, atau rasa hampa datang bertubi-tubi, suara dari idola kesayangan menjadi bentuk hiburan sekaligus penguat jiwa.
Salah satu penggemar BTS (Bangtan Sonyeondan) pernah menulis di sebuah forum daring, “Aku bisa bangun setiap hari karena tahu mereka masih ada di dunia ini.”
Seperti yang dinyanyikan BTS dalam lagu Answer: Love Myself, The me of yesterday, the me of today, the me of tomorrow… I'm learning how to love myself. -Jazipark-Pinterest
BACA JUGA: Lirik dan Terjemahan Twisted Paradise Yuta NCT, Potret Luka Batin dalam Balutan Cahaya
Kegiatan seperti menonton konser daring, membuat fanart, menulis fanfiction, atau sekadar mendengarkan ulang lagu favorit, menjadi cara Gen Z menenangkan pikiran. Dalam fandom, mereka juga menemukan komunitas yang saling mendukung.
Meski belum pernah bertemu langsung. Sebuah penelitian dari International Journal of Adolescence and Youth (2019) menunjukkan bahwa aktivitas fandom dapat berkontribusi pada pengurangan stres dan meningkatkan rasa memiliki.
Tentu, tidak semua orang memahami hal ini. Tak sedikit yang memandang fandom sebagai hal kekanak-kanakan, boros waktu, bahkan mengganggu produktivitas. Namun, bagi sebagian Gen Z, fandom adalah pertahanan terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: