The Mauritanian, Film Kisah Nyata Perjalanan Melawan Ketidakadilan dari Balik Jeruji Guantanamo

The Mauritanian, film penahanan tanpa dakwaan yang diambil dari kisah nyata. --movie insider
HARIAN DISWAY - Sebuah film bertema hukum bisa begitu membekas. Bukan karena kehebatannya merangkai twist, tapi karena keberaniannya membongkar kenyataan pahit. Kenyataan yang nyaris tak pernah dibicarakan.
The Mauritanian adalah salah satunya. Film itu diangkat dari kisah nyata Mohamedou Ould Slahi, pria asal Mauritania. Ia ditahan tanpa dakwaan selama lebih dari 14 tahun di penjara militer Guantanamo Bay, Kuba.
Disutradarai Kevin Macdonald, The Mauritanian bukan hanya mengisahkan satu orang melawan sistem hukum Amerika. Tapi juga memaksa kita merenung: apakah keadilan itu benar-benar buta, atau justru terlalu mudah dikendalikan oleh rasa takut?
BACA JUGA:7 Film Horor Hollywood Tayang Juni 2025: Dari Ritual Iblis hingga Boneka AI Mematikan
Dirilis pada tahun 2021, film itu berdurasi 129 menit dan masuk dalam genre drama hukum dan thriller politik.
Skenarionya ditulis oleh M.B. Traven, Rory Haines, dan Sohrab Noshirvani, berdasarkan buku Guantánamo Diary karya Mohamedou sendiri.
Empat pemeran utama dari film The Mauritanian. --Prime Video
Pemeran utamanya adalah Tahar Rahim sebagai Slahi, yang tampil begitu emosional dan menawan. Ia didampingi oleh Jodie Foster sebagai pengacara bernama Nancy Hollander, Shailene Woodley sebagai Teri Duncan, serta Benedict Cumberbatch yang memerankan Letkol Stuart Couch, jaksa militer yang mengalami konflik batin.
BACA JUGA:6 Fakta di balik Produksi Film Mission: Impossible The Final Reckoning
Penampilan Jodie Foster bahkan mengantarkannya memenangkan Golden Globe 2021 untuk Aktris Pendukung Terbaik. Sementara Tahar Rahim mendapat nominasi BAFTA berkat perannya yang intens.
Cerita dimulai ketika Slahi ditangkap oleh pemerintah Mauritania. Ia dikirim ke Guantanamo atas dugaan keterlibatan dalam peristiwa 9/11. Tanpa bukti yang cukup, ia ditahan secara ilegal oleh otoritas AS.
Beberapa tahun kemudian, Nancy Hollander, seorang pengacara hak asasi manusia, tertarik dengan kasus Slahi dan mulai memperjuangkan kebebasannya.
BACA JUGA:Second Lead Syndrome, Alasan Seseorang selalu Jatuh Hati ke Tokoh Cadangan dalam Film
Dalam proses hukum yang panjang dan melelahkan, Nancy menemukan banyak kejanggalan: dokumen yang disensor, penyiksaan yang dilakukan selama interogasi, hingga tekanan politik dari Washington.
Sementara itu, Letkol Couch yang awalnya ditugaskan untuk menuntut Slahi, justru berubah sikap. Itu terjadi setelah ia mengetahui betapa tidak transparannya proses penyelidikan terhadap tersangka tersebut.
Hukum bertabrakan dengan moral, dan keadilan diuji oleh kepentingan negara. The Mauritanian berjalan seperti labirin hukum dan moral.
Penonton tidak hanya menyimak perjalanan hukum, tetapi ikut menyelami trauma dan keputusasaan seseorang yang dirampas kebebasannya tanpa alasan jelas.
Apa yang membuat The Mauritanian begitu relevan hari ini bukan hanya karena kisahnya yang diambil dari kisah sebenarnya.
Tapi karena ia berbicara tentang wajah lain dari perang melawan teror: bagaimana keadilan bisa dibungkam atas nama keamanan nasional.
BACA JUGA:Bioskop Kampus 2025 Edukasi Mahasiswa Lewat Film
The Mauritan mengajarkan tentang bertahan hidup di situasi penyiksaan yang ekstrem dan panjang. --northenlightsuk
Di balik deretan akting memukau dan naskah yang rapi, film itu menyoroti pertanyaan yang masih menggantung hingga kini: berapa harga yang harus dibayar seseorang untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah?
Film itu tidak menawarkan sensasi. Ia menyuguhkan kebenaran yang pahit. Dan dalam dunia yang kerap menilai berdasarkan asumsi, The Mauritanian mengingatkan kita: tak semua yang dituduh layak dihukum. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: