Code Switching dan Code Mixing dalam Linguistik, Apa Bedanya?

Code Switching dan Code Mixing dalam Linguistik, Apa Bedanya?

Istilah yang merepresentasikan kemampuan seseorang dalam kecakapan beberapa bahasa selain bahasa ibunya yaitu polyglot, yang berkaitan dengan code switching dan code mixing.-Freepik-Freepik

HARIAN DISWAY - Pernahkah Anda mendengar seseorang berkata, “Aku nggak bisa datang, I have a meeting,” atau tiba-tiba berganti bahasa di tengah percakapan? Itu bukan sekadar gaya bicara loh.

Di balik fenomena itu, ada konsep linguistik yang menarik yaitu, code switching dan code mixing. Meskipun terdengar mirip, keduanya punya perbedaan penting. Lalu, apa sih bedanya?

Secara umum, code switching (alih kode) dan code mixing (campur kode) adalah dua fenomena berbeda yang melibatkan penggunaan dua atau lebih bahasa dalam satu percakapan atau teks.

BACA JUGA: 5 Perbedaan Restoran Fine Dining dengan Casual Dining

Code switching adalah pergantian penuh dari satu bahasa ke bahasa lain, biasanya antara kalimat atau klausa. Code switching terjadi ketika bahasa yang digunakan, berubah sesuai dengan situasi.

Yang mana pembicara menemukan dirinya atau dengan kata lain, code switching dilakukan secara sengaja dan sadar. Oleh karena itu, ada kemungkinan orang tersebut merasa kata di dalam bahasa keduanya lebih cocok untuk diucapkan.


Penggunaan bahasa Inggris sering digunakan oleh banyak orang yang familiar selain bahasa ibunya, seperti orang Indonesia yang mempunyai kecakapan berbahasa Inggris.-Freepik-Freepik

Sedangkan, code mixing merupakan penyisipan satu kata dari satu bahasa ke bahasa lain dalam satu kalimat. Singkatnya, potongan dari bahasa A digunakan saat pembicara menggunakan bahasa B.

BACA JUGA:21 Februari Memperingati Hari Apa? Ada Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional

Contohnya, seperti penyisipan kata literally, obviously, atau prefer pada kalimat berbahasa Indonesia. Code mixing tidak bergantung pada situasi pembicara dalam percakapan.

Di dalam code mixing, ada beberapa bentuk yaitu penyisipan kata, frasa, idiom atau ekspresi, dan sebagainya. Studi baru menunjukkan bahwa kedua bahasa dapat diproses secara bersamaan.

Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pembicara tidak dapat menghentikan penamaan kata yang terjadi dalam berbagai bahasa. Bahkan penerjemah profesional memberikan komentar tentang code mixing.

BACA JUGA: Susanti Mayangsari: Bahasa Isyarat adalah Budaya dan Identitas Orang Tuli

Karena dorongan untuk mempertimbangkan terjemahan kata-kata yang mereka baca dalam bahasa lain, mereka menghadapi kesulitan dalam membaca novel seperti orang-orang biasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: