Code Switching dan Code Mixing dalam Linguistik, Apa Bedanya?

Code Switching dan Code Mixing dalam Linguistik, Apa Bedanya?

Istilah yang merepresentasikan kemampuan seseorang dalam kecakapan beberapa bahasa selain bahasa ibunya yaitu polyglot, yang berkaitan dengan code switching dan code mixing.-Freepik-Freepik

Selain itu, mekanisme fenomena ini ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk berbicara satu bahasa. Orang bilingual yang berbahasa Indonesia di rumah tetapi tumbuh menggunakan bahasa Inggris di sekolah dan lingkungan sekitarnya lebih cenderung menggabungkan dan mengubah kode dalam bahasa Inggris.

Contoh code switching yang sering dilakukan oleh para bilingual atau dwibahasa:

  • “Kemarin aku pergi ke mall, but I didn’t buy anything.”
  • There’s no way aku bisa makan makanan pedas.”
  • “Aku mau pesan yang matcha aja deh, what are you fancy for?
  • “Kalau yang manis-manis suka ngga? Do you know what this is?

BACA JUGA: 6 Buku Bahasa Inggris tentang Cinta & Kehidupan Usia 20-an

Seorang penerjemah memiliki dorongan untuk mempertimbangkan terjemahan kata-kata yang mereka baca dalam bahasa lain.-Freepik-Freepik

Contoh code mixing yang sering muncul dalam penerjemahan seorang translator:

  • “Aku pendengar yang baik, that’s why aku seperti ini.”
  • Honestly, aku tidak suka sama dia.”
  • “Aku tidak terlalu suka sama teh, aku prefer kopi.”
  • “Tiap hari senin selalu ada challenge untuk pembawa acara.” 

Faktanya, fenomena code switching dan code mixing itu juga dapat menguntungkan industri pemasaran. Ketika slogan atau iklan dibuat dalam dua bahasa, peminat produk dan layanan cenderung meningkat.

Karena proses penyampaian informasi yang jelas adalah hal yang paling penting dalam berkomunikasi, Anda tidak perlu malu jika mengalami code mixing atau code switching. Sebenarnya, setiap pembicara ingin dipahami.

BACA JUGA: Perbedaan Bekas Jerawat PIE dan PIH serta Cara Mengatasinya

Pendengar harus dapat memahami cara orang lain berbicara, meskipun ada perubahan bahasa. Pada akhirnya, fenomena code switching dan code mixing bukanlah sekadar kebiasaan bicara yang acak atau tidak konsisten.

Justru, keduanya mencerminkan kompleksitas kemampuan berbahasa seseorang, serta fleksibilitas dalam berkomunikasi lintas budaya. (*)

*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: