Fenomena Brunch Culture, Lebih dari Sekadar Makan Siang

Brunch, gabungan dari sarapan dan makan siang--Aviko
HARIAN DISWAY - Brunch, gabungan dari kata “breakfast” dan “lunch”, telah menjadi lebih dari sekadar istilah makan di antara waktu sarapan dan makan siang.
Fenomena itu berkembang menjadi budaya tersendiri. Terutama di kalangan urban dan generasi muda. Dari sekadar kegiatan mengisi perut, brunch kini menjadi pengalaman sosial, gaya hidup, bahkan bagian dari identitas diri.
Di kota-kota besar, brunch bukan hanya soal makanan, tapi juga suasana. Restoran atau kafe dengan interior estetik, menu unik, kekinian, dan suasananya yang santai menjadi destinasi favorit untuk brunch.
BACA JUGA:Daftar Minuman Alternatif Selain Kopi untuk Menemani Aktivitas Harian
Menu brunch biasanya beragam. Mulai dari roti panggang alpukat, egg benedict, pancake, hingga aneka kopi.
Semua itu menjadi bagian dari pengalaman visual dan sosial. Sering kali diabadikan dalam bentuk foto dan diunggah ke media sosial.
Mengapa Brunch Begitu Digemari?
Brunch juga cocok untuk mereka yang bekerja seharian di kantor, harus bangun pagi dan terkadang tidak sempat untuk bersarapan--Cozymeal
Brunch menjadi populer karena menawarkan fleksibilitas waktu yang cocok untuk gaya hidup modern, terutama di akhir pekan.
Dengan waktu mulai sekitar pukul 10 pagi hingga awal sore, brunch memungkinkan orang untuk bersantai tanpa harus terburu-buru bangun pagi.
Selain itu, variasi menu yang ditawarkan sangat menarik, karena menggabungkan menu sarapan dan makan siang. Sehingga memberi lebih banyak pilihan. Mulai dari kopi dan croissant hingga burger atau salad.
BACA JUGA:7 Jenis Dumpling Mulai dari Wonton hingga Gyoza
Tak hanya itu, brunch juga menjadi ruang untuk bersosialisasi. Banyak orang menjadikannya momen untuk berkumpul bersama teman atau keluarga, berbagi cerita, menikmati kebersamaan dan kehangatan dalam suasana yang santai.
Itu menjadikan brunch lebih dari sekadar aktivitas makan. Melainkan juga pengalaman sosial yang menyenangkan dan penuh makna.
Dari Tren Menjadi Budaya
Menu Sunday Brunch yang tersedia di Hotel Kempinski, Jakarta pada setiap Minggu siang--kempinski.com
Awalnya populer di negara-negara Barat, budaya brunch kini menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Di kota-kota seperti Jakarta dan Bali, semakin banyak tempat yang secara khusus menawarkan menu brunch dengan konsep yang kekinian.
Brunch juga menjadi ajang eksplorasi kuliner. Banyak tempat yang menggabungkan menu lokal dengan gaya brunch internasional.
Misalnya, nasi uduk dengan poached egg atau bubur ayam dengan sentuhan truffle oil. Inovasi-inovasi seperti ini memperkaya pengalaman kuliner masyarakat urban.
BACA JUGA:5 Perbedaan Restoran Fine Dining dengan Casual Dining
Brunch culture merepresentasikan kebutuhan manusia modern akan ruang untuk menikmati hidup secara perlahan.
Di tengah rutinitas yang padat, brunch seakan menjadi simbol “me time” atau quality time yang dapat dinikmati dengan tenang.
Maka tak heran jika brunch kini bukan hanya soal makanan. Tapi juga tentang pengalaman, estetika, dan relasi sosial. (*)
*) Mahasiswa magang dari prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: berbagai sumber