Pemilihan IDI Cabang Surabaya yang Tidak Biasa

Pemilihan IDI Cabang Surabaya yang Tidak Biasa

ILUSTRASI Pemilihan IDI Cabang Surabaya yang Tidak Biasa.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

KEMATIAN beruntun kolega-koleganya tidak menyurutkan langkahnya menuju kantor IDI Cabang Surabaya (IDI-CS) di Jalan Prof Dr Moestopo 117, siap menjadi relawan Covid. Benar, tiga tahun masa pandemi Covid-19, kantor IDI-CS menjadi markas pejuang medik, tempat kumpulnya para dokter yang tulus bertaruh nyawa untuk kemanusiaan, pusat pelatihan sebelum diterjunkan ke medan tempur. 

Kepercayaan donatur begitu besar, sumbangan ke IDI-CS terus membanjir, disalurkan dengan tepat dan segera ke setiap rumah sakit terdepan. Benar, masyarakat Surabaya telah mencatat IDI-CS adalah bagian dari sang penyelamat. Setelah Covid berlalu, ada renovasi besar. 

Gedung IDI-CS disulap menjadi ”sekolah profesionalisme” bagi para dokter di Surabaya. Podcast yang enak dilihat dan perlu hadir menyapa masyarakat. 

”Dolanan” acara edukasi bermutu dan renyah itu selalu ditunggu masyarakat, bimbingan kesehatan pekerja di LN, makan gratis bagi tukang ojek, dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebut di sini.  

Semua itu tak terlepas dari kepemimpinan Dr dr Brahmana Askandar SpOG sang ketua IDI-CS periode lalu. Bam Bam panggilan Brahmana. Terima kasih, dr Bam Bam! Anda telah membawa IDI-CS masuk di ruang hati masyarakat Surabaya. 

Artinya, secara de facto, IDI-CS diterima dan dicintai masyarakat, dihormati penjabat pemerintahan dan institusi pendidikan, serta menjadi sahabat media. Warisan IDI-CS periode lalu yang tak ternilai tersebut harus dijaga oleh siapa pun nanti yang terpilih menjadi penerus dr Bam Bam. 

Saya teringat pesan Churchill: ”The farther backward you can look the farther forward you are likely to see”. Artinya, dengan melihat jauh ke belakang, dengan mengamati kesalahan dan keberhasilan lampau, makin jauh kita bisa merencanakan langkah ke depan. Kita tahu, saat ini IDI secara keseluruhan tidak baik-baik saja, wajah IDI kian redup. 

IDI tidak lagi terlibat dalam kegiatan pemerintah, tidak dimintai pendapat lagi oleh pemerintah. Apakah itu karena ulah IDI yang terus berseberangan dengan pemerintah? Maybe yes, maybe no

Namun, American Medical Association (AMA) dan British Medical Association (BMA) juga sering berseberangan dengan pemerintah (AS dan Inggris Raya), tetapi mereka tetap kokoh, bahkan makin dihormati pemerintah. 

De jure sama, AMA dan BMA tidak tercantum di UU. Namun, setiap ada masalah besar di bidang kesehatan, pemerintah selalu memperhitungkan AMA dan BMA. Bahkan, banyak ide dan gagasan cerdas mereka yang menjadi masukan pemerintah. 

Semua itu terjadi karena reputasi AMA dan BMA betul-betul mengilap. Masyarakat dan pemerintah memandang pernyataan AMA dan BMA sebagai suatu ”sabda kebenaran”.

Kehadiran organisasi di masyarakat karena dua faktor, de facto dan de jure. Dari sana, kita bisa menelusuri penyebab memudarnya wajah IDI di negeri ini. 

Pertama, IDI tidak tercantum di UU. Itu membuat ”gantungan de jure”-nya hilang. Akibatnya, peran formal IDI di kebijakan pemerintah hilang. 

Kedua, de facto, tampaknya reputasi IDI tidak cukup kuat untuk mengangkat nama IDI di mata pemerintah dan masyarakat. Tampaknya, belum ada produk istimewa atau gagasan besar yang lahir dari PB IDI yang bermakna bagi negeri ini. Atau, tidak ada faktor lain yang membuat IDI disegani pemerintah dan membuat masyarakat merasa butuh IDI. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: