Seri Sang Putra Fajar (3): Hadirkan Spirit Bung Karno dengan Napas Digital

Seri Sang Putra Fajar (3): Hadirkan Spirit Bung Karno dengan Napas Digital

Patung Soekarno tampak duduk dan memegang buku di selasar Museum Bung Karno Blitar, Jumat, 6 Juni 2025-Boy Slamet-

Di bawah sinar mentari Blitar yang menyilaukan hari itu, museum dan perpustakaan Bung Karno menjadi oasis ingatan. Ia menjadi tempat generasi muda belajar, bukan hanya mengenang. 

BACA JUGA:Festival Budaya Bulan Bung Karno Wujud Cinta Kota Blitar

BACA JUGA:Sarasehan Bulan Bung Karno, Ketimpangan Ekonomi Jadi Perhatian PA GMNI Jatim

Sebab dari tempat inilah, kita diajak tak sekadar ziarah ke makam, tapi menyentuh pemikiran Bung Karno yang tetap menyala.

Menurut Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin, ajaran dan spirit Bung Karno memang seperti terabadikan dengan sendirinya. ’’Banyak ajaran yang sangat relevan sampai saat ini,’’ kata Mas Ibbin, sapaan wali kota.

Mas Ibbin mengakui, falsafah Bung Karno punya daya ikat yang luar biasa pada kesatuan bangsa. ’’Semuanya termaktub dalam Pancasila. Di situ komplet. Bahwa kita hidup berlandasan agama, ada nilai sosial, spirit ekonomi gotong royong. Pokoknya, banyak sekali. Bisa lima jam tidak habis kalau kita membicarakan Bung Karno,’’ katanya.

’’Yang jelas, kita semua berutang banyak pada Bung Karno,’’ ujar Mas Ibbin.


DIALOG Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin dan Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah, Jumat, 6 Juni 2025.-Boy Slamet-

Bung Karno sejatinya mengatakan bahwa ia bukan pencipta Pancasila. Salah satu kutipannya yang terkenal adalah, ’’Aku tidak mengatakan bahwa aku yang menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami, tradisi-tradisi kami sendiri. Dan aku menemukan lima butir mutiara indah.’’ Kalimat itu juga tertulis dalam salah satu mural yang menghiasi dinding Museum Bung Karno.

Tentu, Bung Karno tidak serta-merta mendapatkan ’’wangsit’’ hingga bisa menciptakan berbagai ajaran kebangsaan. Semuanya terpatri dalam perjalanan panjang mulai di lorong-lorong kawasan Peneleh, Surabaya. Ia juga ditempa oleh diskusi dengan H.O.S Tjokroaminoto—juga di Peneleh.

Dan meski beristirahat abadi di Blitar, jejak Bung Karno justru dimulai di Surabaya… (*)

Saksi Bisu di Peneleh, baca besok… (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: