Seri Sang Putra Fajar (2): Tumpeng yang Bikin Gemetar

Staf penjaga Makam Bung Karno Juni Purnomo menerima potongan tumpeng yang diberikan Megawati Soekarnoputri pada peringatan Bulan Bung Karno, 6 Juni 2025.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
Bung Karno dikenal sebagai sosok yang egaliter. Dekat dengan wong cilik. Hal itu diwujudkan oleh Megawati Soekarnoputri, Presiden ke-5 RI, saat ziarah ke Makam Bung Karno, Kota Blitar, 6 Juni 2025.
’’PIYE, ya? Ndredeg rasane (Bagaimana, ya? Rasanya gemetar, Red)…”
Kalimat itu meluncur dari bibir Juni Purnomo. Ia adalah salah satu dari dua staf Makam Bung Karno yang mendapatkan potongan tumpeng langsung dari Megawati Soekarnoputri, Jumat, 6 Juni 2025.
BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (1): Warisan Abadi Spirit Bung Karno
Ya, hari itu memang istimewa. Iduladha. Berbarengan dengan hari lahir Bung Karno. Anda sudah tahu, Bung Karno lahir pada 6 Juni 1901.
Di mana tempat kelahirannya? Itulah yang akan dibahas oleh Harian Disway dalam seri-seri selanjutnya. Tunggu saja…
Nah, sebagai lazimnya peringatan hari kelahiran di Jawa, ada tumpengan di Makam Bung Karno tersebut.
BACA JUGA:Festival Budaya Bulan Bung Karno Wujud Cinta Kota Blitar
Karena itu, setelah doa dan tahlil di pusara, Megawati pun beranjak ke pendapa kecil di sisi tenggara pusara. Dia menuruni tangga areal pusara dengan menggandeng Puti Guntur Soekarno. Begitu juga saat berjalan menuju tumpeng.
Di pendapa kecil itu, para tokoh PDIP berkumpul. Juga kepala daerah yang diundang. Di antara mereka tampak Prananda Prabowo, Gubernur Jakarta Pramono Anung, Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno, Ketua DPD PDIP Jatim Said Abdullah, hingga mantan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
Di depan tumpeng itu, mereka berdoa bersama. Yang memimpin doanya adalah Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin.
Peziarah Makam Bung Karno bergegas mengenakan alas kaki kembali usai melakukan ziarah.-Boy Slamet-HARIAN DISWAY
BACA JUGA:Sarasehan Bulan Bung Karno, Ketimpangan Ekonomi Jadi Perhatian PA GMNI Jatim
Seusai doa, Megawati terlihat menoleh-noleh ke arah areal pusara. Hanya satu kalimat yang sempat terdengar dari jauh. ’’Ya, sapa sing paling tuwa (siapa yang paling tua, Red),’’ kata Megawati dalam bahasa Jawa. Tangannya menunjuk ke arah utara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: harian disway