Tebu Kelola

Tebu Kelola

DRONE menyirami tanaman tebu. Drone itu ditempeli GPS sehingga penyiraman bisa merata. Pertumbuhan tebu pun sama baiknya antara di pinggir dan tengah kebun.-Arif Afandi untuk Harian Disway-

”Dulu di wilayah timur, PG Prajegan yang selalu terbaik bahan bakunya. Kini merambah di Glenmore dan Jatiroto,” kata Amri Siregar, komisaris utama PT SGN.

Tahun lalu debu berhamburan setiap kali ada truk yang memasukkan tebu ke tempat loading mesin. Kini tidak lagi. Tebu yang terkirim sudah seperti rotan. Tak lagi banyak daun dan sampah menyertainya. Itu menunjukkan kualitas tebang angkut muat tebu telah melonjak tajam. 

Perubahan tata kelola baik di kebun maupun di pabrik membuat semua itu terjadi. Ditambah mekanisasi dan digitalisasi. Pemupukan di kebun tak lagi dilakukan manual. Tapi, sudah menggunakan drone. Masih ditambah digitalisasi. Sehingga terpantau secara persis mana yang telah dipupuk dan mana yang tidak.

Baik drone, traktor, maupun truk pengangkut semua ditempeli alat GPS (global positioning system). Dengan demikian, pergerakan semua alat itu terpantau secara persis. Akibatnya, kebiasaan masa lalu tak lagi terjadi. Seperti kebun donat: tanaman hanya bagus di pinggir, tapi di tengah buruk atau kosong. Penyimpangan bisa diminimalkan.

Perbaikan tata kelola kebun itu menjadikan produktivitas tebu sendiri meningkat. Baik dari segi tonase per hektare maupun rendemennya. Semuanya makin menjamin keberlangsungan pasokan tebu di masa giling. 

Tahun ini perbaikan kualitas tebu juga merambah ke tebu rakyat. Yang di Jawa Timur berkontribusi sampai 80 persen kebutuhan bahan baku.

Beruntung sekali saya bisa ikut menjadi saksi perubahan besar di industri gula milik pemerintah ini. Perubahan yang dipicu oleh transformasi kelembagaan yang dilakukan Dirut PTPN III Holding Mohammad Abdul Ghani. 

Itu akan menjadi ”warisan” ia. Yang pasti akan diteruskan penggantinya, Denaldy Mulino Mauna, wakil dirut sebelum ini.

Apalagi, pemerintah juga makin serius menjalankan program swasembada gula. Yang dipimpin langsung oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman. Dengan menargetkan produksi gula nasional 4 juta ton di tahun depan. Yang untuk itu, ia tak enggan mengajak rapat dewan direksi dan dewan komisaris PT SGN sejak pukul 6 pagi.

Bangsa ini punya sejarah menjadi pengekspor gula. Hanya, itu terjadi saat kita masih dalam jajahan pemerintah Hindia Belanda. Kalau melihat perkembangan di BUMN gula dalam tiga tahun ini, bukan mimpi untuk mengembalikan kejayaan industri gula kita. 

Apalagi, Presiden Prabowo Subianto dan Mentan Amran Sulaiman gencar mewujudkan swasembada pangan.

Kalau dulu bisa, kenapa sekarang tidak? Kuncinya tinggal bagaimana transformasi yang telah mengubah segalanya ini terlembagakan. Juga, konsistensi kebijakan yang berkelanjutan. Sambil disertai tekad untuk menyejahterakan petani. Sebab, swasembada kurang bermakna tanpa petani tebu sejahtera. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: