Seri Sang Putra Fajar (11): Merantau dan Berhemat demi Pendidikan

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (4): Saja Arek Soerabaia

Gubernur Jenderal Belanda Van Mook juga pernah mengenyam pendidikan di HBS Surabaya pada 1906-1913.

Lokasi HBS sempat dipindahkan ke daerah Jalan Wijaya Kusuma yang sekarang menjadi lokasi SMA kompleks (SMAN 1, SMAN 2, SMAN 5, dan SMAN 9) pada 1923.

SMAN 5 Surabaya yang jadi bagian dari SMA Kompleks di Surabaya. Dulu, kompleks itu merupakan bangunan sekolah HBS era kolonial.-Subastian Salim-HARIAN DISWAY

Ketika HBS berpindah ke Wijaya Kusuma, bangunan yang ada di Kebonrojo digunakan sebagai Markas Kepala Komisaris Polisi Surabaya atau Hoofdcommissariat Van Politie.

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (3): Hadirkan Spirit Bung Karno dengan Napas Digital

Renovasi dilakukan pada 1926 dan dimanfaatkan sebagai Kantor Kepala Pos Surabaya atau Hoofdpostkantoor. 

Memasuki masa kependudukan Jepang, kantor pos tidak berpindah lokasi dan memiliki fungsi yang sama. Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, para pejuang Post Telefone and Telegraf (PTT) berusaha mengambil bangunan itu dari kekuasaan Jepang.

Akhirnya, orang-orang pribumi berhasil mendapatkan bangunan tersebut pada awal Oktober 1945. Namun, tidak lama kemudian kantor pos itu sudah diambil alih lagi oleh tentara Sekutu saat datang ke Surabaya. 

BACA JUGA:Seri Sang Putra Fajar (2): Tumpeng yang Bikin Gemetar

Setelah peristiwa 10 November 1945, bangunan kantor pos kembali ke tangan rakyat Indonesia. Lantas hingga saat ini digunakan untuk melayani aktivitas pos masyarakat Surabaya. 

Dengan demikian, Surabaya merupakan kota yang berperan penting. Yakni sebagai penyemai intelektualitas dan api ide-ide revolusioner Bung Besar. Bung Karno pun konon dilahirkan di Surabaya.

Namun, ada versi yang menyebut bahwa Soekarno dilahirkan di Ploso, Jombang. (*)

*Versi Kelahiran Soekarno di Ploso, Jombang, baca besok...

Sumber: harian disway