Ada Apa dengan Dahlan Iskan dan Jawa Pos? (3-Habis): Garap Pembaca Muda di Tengah Disrupsi Media

BERSAMA anak lanang dan Prof Dr Imron Mawardi (kanan), penulis mampir ke kantor Harian Disway di Surabaya. Ngobrol santai dengan Pak Dahlan Iskan. -TOFAN MAHDI UNTUK HARIAN DISWAY-
BACA JUGA:Peserta Disway Business Adventure with Dahlan Iskan Vol.2 Siap Jelajahi Wuhan-Chongqing
Azrul mengangkat Leak Koestiya, seorang kartunis, sebagai pemimpin redaksi Jawa Pos. Leak sangat dipercaya Azrul, kariernya pun makin moncer hingga menduduki jabatan sebagai direktur Jawa Pos Koran. Sebuah prestasi yang luar biasa.
Kesibukan Pak Dahlan sebagai menteri dan kemudian sebagai salah seorang kandidat dalam konvensi capres dari Partai Demokrat membuat Pak Dahlan tak sempat mengurus Jawa Pos lagi.
Mungkin, ini analisis subjektif saya, saat itulah para pemegang saham yang lain mulai ikut dalam aspek operasional Jawa Pos. Tentu bukan para pemegang sahamnya sendiri, melainkan generasi kedua mereka. Putra Pak Eric Samola, yakni Maesa Samola, mengelola JTV.
Lalu, putra Goenawan Mohamad, yaitu Hidayat Jati, masuk ke struktur direksi di Jawa Pos.
Di tengah kesibukan sebagai profesional di industri sawit, saya mendengar kabar bahwa Azrul Ananda keluar dari Jawa Pos. Kantor DBL dan Persebaya Store yang awalnya di gedung Graha Pena pindah ke sebuah ruko di kompleks Mal Surabaya Town Square.
Posisi Azrul Ananda sebagai direktur utama Jawa Pos Koran digantikan Leak Koestiya hingga sekarang. Bukan hanya DBL dan Persebaya, tabloid Nyata juga ikut pindah dari Graha Pena.
Ada dinamika-dinamika lain setelah itu, termasuk konsolidasi kepemilikan saham koran-koran Grup Jawa Pos di seluruh Indonesia. Saya tidak benar-benar tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Cerita dari beberapa teman berbeda-beda. Saya tidak tahu.
Tahun 2020 Dahlan Iskan mendirikan Harian Disway. Saya diminta Pak Dahlan, waktu itu disampaikan Direktur Disway Taufik Lamade, untuk duduk sebagai guest editor bersama empat senior eks Jawa Pos lainnya: Dhimam Abror Djuraid (ketua Dewan Pakar PWI Pusat), Arif Afandi (komisaris PTPN X/PT Sinergi Gula Nusantara), Djono W. Oesman, dan Imron Mawardi (guru besar FE Unair).
Sebagai redaktur tamu, kami diizinkan menulis apa saja, tentang apa saja, dan kapan saja.
Sejak mundur dari Jawa Pos, komunikasi saya dengan Pak Dahlan tetap baik. Bahkan, lebih baik dan lebih intensif jika dibandingkan dengan saat saya masih menjadi anak buahnya di Jawa Pos.
Beberapa kali bertemu dan beberapa kali diundang makan bersama di Surabaya maupun di Jakarta. Anak lanang saya pernah mendapat ”kado spesial” dipinjami mobil Tesla yang harganya Rp 3,5 miliar itu dipakai keliling Surabaya seharian sampai baterainya habis.
Terakhir bertemu dengan Pak Dahlan, Minggu, 22 Juni 2025, saat Pak Dahlan hadir dan menjadi saksi pada acara akad nikah anak lanang saya di Tangerang.
Dua hari kemudian saya membaca berita dua orang kepercayaan Presiden Prabowo Subianto, Sufmi Dasco dan Rafi Ahmad, sowan ke Pak Dahlan. Dan, tiga hari setelah itu, saya kaget saat membaca berita di Tempo.co, Dahlan Iskan Tersangka.
Saya pikir kasus terkait jabatan saat menjadi dirut PLN atau menteri BUMN. Ternyata tersangka atas laporan dari manajemen Jawa Pos, dari perusahaan yang lebih 25 tahun ia pimpin dan kembangkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: