BRI Jazz Gunung Indonesia 2025, Kua Etnika Sajikan Doa Musik untuk Djaduk Ferianto

BRI Jazz Gunung Indonesia 2025, Kua Etnika Sajikan Doa Musik untuk Djaduk Ferianto

Kua Etnika dalam BRI Jazz Gunung Bromo 2025, menyajikan komposisi musik tentang doa untuk mendiang Djaduk Ferianto. Djaduk merupakan founder kelompok tersebut.-Jazz Gunung Indonesia-


Musisi jazz generasi muda yang tergabung dalam Love Is. Komposisi unik mereka dapat disebut sebagai ketidakteraturan yang harmonis.-Jazz Gunung Indonesia-

Dalam penampilan pamungkas, mereka mengajak penonton untuk turut bermain musik. Para kru Kua Etnika membagi-bagikan kentongan kecil untuk tiap penonton. Dengan dikomando, tiap orang mengikuti irama ketukan dengan memukul kentongan tersebut. 

Hingga bunyi-bunyian itu berpadu dengan keseluruhan aransemen Kua Etnika. Ketika instrumen tradisional seperti gamelan yang berbunyi, Danny Eriawan Wibowo, basis, melakukan teknik taping pada basnya. Sehingga menciptakan nada ritmik yang berdentum.

BACA JUGA:Jazz Gunung Burangrang 2024, Sukses dengan Format Multi Panggung Perdana

"Satu, dua, tiga...," ujar Purwanta. Pada akhir komposisi, pola harmonis perkusif menyalak dengan apik. Kualitas musikal Kua Etnika tak berkurang sama sekali. Meski telah lama tiada, ruh Djaduk masih ada dalam harmoni mereka.

Setelah kelompok tersebut, giliran musisi-musisi muda yang tampil. Yakni kelompok Love Is. Terdiri dari 3 personel: Jason Mountario (bass, composer), Kelvin Andreas (drum), Sri Hanuraga (piano), dan Rainer James (saksofon). 

Mereka memulai komposisinya dengan permainan yang serba tak teratur. Semua instrumen tampak seperti terpisah. Tak membentuk harmoni.


Karimata, band legendaris dengan dua personel asli: Candra Darusman dan Aminoto Kosin. Mereka tampil dalam BRI Jazz Gunung Bromo, 19 Juli 2025.-Jazz Gunung Indonesia-

BACA JUGA:Regenerasi Penonton di Jazz Gunung Burangrang: Saat Balita, Remaja, dan Oma-Opa Bersatu

Namun perlahan-lahan, dengan perubahan yang soft, komposisi mereka dapat menyatu. Meski semua memainkan pola melodis, tampaknya itu membentuk harmoni yang unik. Khas Love Is.

Musik mereka dapat disebut ketidakteraturan yang harmonis. Tidak ada yang dominan. Jika misalnya salah satu instrumen mencoba mendominasi, instrumen lain segera mematahkannya. Tapi justru hal itu menciptakan komposisi yang apik.

Berbagai instrumen yang dibawakan Love Is diambil dari album kedua mereka. Yakni Made to Believe. Kelompok tersebut berdiri sejak 2022 dan telah menghasilkan dua album. Album pertama berjudul sama dengan nama band itu.

BACA JUGA:Epik! Ratu Dangdut Elvy Sukaesih Tutup Jazz Gunung Burangrang

Legenda musik yang juga dinanti adalah Karimata. Dua pendiri band tersebut, Candra Darusman dan Aminoto Kosin, tampil kembali. Mereka berkolaborasi dengan musisi yang sebagian berasal dari Kota Malang. 

Salah satu hits yang dibawakan adalah Kharisma. Keyboard Aminoto mengalun dengan efek suara mirip seruling.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: harian disway