Ananda Badudu, Hindia, hingga eaJ Kritik Kondisi Indonesia Gelap di Tengah Demo 2025

Ananda Badudu, Hindia, hingga eaJ Kritik Kondisi Indonesia Gelap di Tengah Demo 2025

foto; Hindi dan Eaj-pinterest-


Eaj ikut ngetweet tentang demokrasi Indonesia-X-

Melalui akun X (Twitter), musisi Korea-Indonesia eaJ ikut bersuara. Ia mempertanyakan esensi demokrasi jika rakyat justru menjadi korban saat menuntut hak berpendapat.

Is a democracy really democratic if citizens are martyred for exercising their right to protest?” cuitnya.

BACA JUGA:TNI Siaga di Batas Kota Surabaya

BACA JUGA:Affan Kurniawan sang Martir

Empati Ardhito Pramono untuk Korban Aksi

Ardhito Pramono menyampaikan duka mendalam atas meninggalnya Affan Kurniawan. Ia membayangkan detik-detik terakhir sang driver ojol sebelum berangkat kerja.

“Inna innalillahi wainnailaihi rojiun,” tutupnya, sambil mendoakan almarhum.

BACA JUGA:Tragedi Affan, Luka Kemanusiaan

BACA JUGA:Presiden Prabowo Takziah ke Rumah Affan Kurniawan

Iga Massardi: “Pembunuhan di Depan Mata”


Unggahan Iga Massardi di akun instagramnya-instagram-

Vokalis Barasuara, Iga Massardi, menyebut aksi represif sebagai pembunuhan massal yang disaksikan publik.

“Mereka dipukuli, dilempar gas air mata, diinjak, bahkan sengaja dilindas. Saya menolak takut dan menolak tunduk,” tegasnya di Instagram, menutup dengan tagar #1312.

Unggahan para musisi ini membuktikan bahwa keresahan tidak hanya datang dari jalanan, tetapi juga dari seniman dengan pengaruh luas.

Dari Ananda Badudu yang mengungkap ketimpangan, Hindia yang mengingatkan sejarah kelam, hingga eaJ yang membangun solidaritas internasional — semua bersatu dalam satu narasi: demokrasi Indonesia sedang krisis.

Kini, suara mereka memperkuat gerakan perlawanan, mengingatkan bahwa negara seharusnya melindungi rakyat, bukan menghancurkannya.

*) Mahasiswa Magang Prodi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: dari berbagai sumber