Warisan Habibie

Warisan Habibie

ILUSTRASI Warisan Habibie.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Belum lagi, pemerintah pusat makin kreatif menemukan pajak baru.

Andaikan Presiden Prabowo menurunkan egonya, proyek MBG bisa ditata ulang. Tidak harus juga mengeluarkan anggaran Rp335 triliun, yang mengalahkan anggaran Kementerian Kesehatan Rp244 triliun. 

MBG, kalau memang harus wajib karena janji kampanye, bisa diberikan untuk kelompok tertentu. Apalagi, sudah banyak suara yang menginginkan pendidikan gratis daripada makan gratis.

Sikap mengalahkan ego sangat penting di tengah situasi sulit. Istilah Habibie, ”mengalah untuk menang. Karena pemenang adalah rakyat.”

Habibie kembali menaklukkan egonya saat pemilihan presiden oleh MPR pada Oktober 1999. Saat itu ia petahana. 

Habibie memutuskan tidak maju setelah MPR menolak pertanggungjawabannya. Sebenarnya, kalau nekat, peluang Habibie masih sangat terbuka. Saat itu ia seorang presiden yang bisa saja memanfaatkan berbagai instrumen negara dengan berbagai cara.

Bisa saja melakukan kompromi dengan semua kekuatan politik. Toh, saat itu ia masih menjadi ketua Dewan Pembina Golkar. Yang masih besar di parlemen.

Habibie memilih mengalahkan egonya. Tak mau memanfaatkan alat negara. Tak ingin melakukan manuver politik yang membuat perpecahan. Memilih meninggalkan istana dengan baik-baik.

Menjadi presiden tersingkat, selama satu tahun lima bulan (21 Mei 1998–20 Oktober 1999). Jangan lihat berapa lama berkuasa, tetapi apa yang dilakukan. Termasuk, Habibie menekuk dolar AS, dari Rp16.000 menjadi Rp6.000. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: