Tren Intimate Wedding ala Gen Z, Antara Kesederhanaan dan Ancaman Pudarnya Tradisi

HARIAN DISWAY - Pernikahan selalu menjadi momen sakral yang diidamkan banyak orang. Di Indonesia, prosesi itu sekaligus sebagai perayaan budaya yang sarat makna.

Dari upacara siraman dan midodareni dalam adat Jawa, mapacci di Bugis, hingga merariq di Lombok. Setiap daerah memiliki cara unik untuk memuliakan pernikahan.

Namun, di tengah perubahan gaya hidup dan nilai generasi muda, muncul tren baru yang mulai mendominasi: intimate wedding.

Fenomena itu banyak diadopsi oleh generasi Z, yang dikenal dengan gaya hidupnya yang praktis, efisien, dan berorientasi pada makna.

BACA JUGA:Konsep Foto Prewedding Unik: Dari Vintage Sampai Cosplay

BACA JUGA:5 Konsep Pernikahan Populer Tahun 2025 dari Rustic hingga Brown Wedding

Dalam tradisi Nusantara, pernikahan adalah peristiwa sosial dan spiritual. Melibatkan keluarga besar serta masyarakat sekitar.

Prosesi adat seperti siraman, sungkeman, hingga resepsi besar memiliki fungsi simbolik: mempererat hubungan antargenerasi dan menegaskan identitas budaya keluarga.

Di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa tren intimate wedding dapat menggeser nilai budaya tradisional. Karena pernikahan bukan hanya tentang pasangan. Tetapi juga tentang menyatukan dua komunitas sosial.

Beberapa orang tua menganggap pesta besar sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu. Juga simbol kebanggaan keluarga.

BACA JUGA:Intimate Wedding, Menikah dengan Lebih Personal dan Hangat

BACA JUGA:5 Perbedaan Wedding Organizer dan Event Organizer

Ketika konsep intimate wedding dipilih, sering kali muncul perdebatan antara generasi muda dan orang tua tentang makna “pantas” dalam sebuah pernikahan.

Namun, menurut Devie Rahmawati, sosiolog dari Universitas Indonesia, tren itu bukan bentuk penolakan terhadap budaya. Melainkan penyesuaian terhadap zaman.

Sumber: dari berbagai sumber