Menggagas Santri 5.0: Refleksi Hari Santri, 22 Oktober

ILUSTRASI Menggagas Santri 5.0: Refleksi Hari Santri, 22 Oktober 2025..-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BEBERAPA WAKTU LALU bangsa ini berduka. Sebuah muala di pesantren Sidoarjo runtuh saat para santri tengah berzikir. Nyawa melayang, luka tertinggal, dan duka merambat di hati umat. Namun, di balik duka itu, tersimpan pelajaran berharga bahwa niat baik, betapa pun suci, tak boleh berjalan tanpa ilmu dan tata kelola. Kebaikan tanpa perencanaan, ibarat doa tanpa ikhtiar. Indah dalam niat, rapuh dalam realitas.
Belum reda kesedihan itu, muncul pula polemik lain. Sebuah tayangan televisi menampilkan citra santri yang keliru, seolah pesantren hanyalah ruang tradisi yang beku. Padahal, sejarah menunjukkan sebaliknya, pesantren adalah kawah candradimuka lahirnya ulama, pemimpin, dan pejuang bangsa.
Dari pesantren lahir moralitas publik. Dari santri tumbuh peradaban yang berakar di bumi dan menjulang ke langit.
BACA JUGA:Transformasi Pesantren Menuju Indonesia Emas 2045: Refleksi Hari Santri Nasional 2025
BACA JUGA:Jelang Hari Santri Nasional, Khofifah Hadiri Lirboyo Bersholawat Bersama Habib Syech
Dua peristiwa itu, meski berbeda konteks, memperlihatkan satu hal bahwa tantangan santri kini tidak sekadar menjaga moralitas, tetapi juga membangun modernitas. Pertanyaannya, apakah santri hari ini hanya menjadi penjaga masa lalu atau penulis masa depan?
Dari sanalah gagasan Santri 5.0 menemukan relevansinya, dengan paradigma baru yang menempatkan iman sebagai poros, ilmu sebagai alat, dan akhlak sebagai cahaya peradaban.
DARI SERAMBI KE DUNIA DIGITAL
Kita hidup di zaman ketika teknologi berlari lebih cepat daripada etika dan data melampaui nurani. Dunia bergerak menuju peradaban tanpa batas, sementara manusia kerap kehilangan arah di tengah derasnya algoritma. Di sinilah nilai-nilai pesantren kembali menemukan maknanya.
BACA JUGA:Sambut Hari Santri, Gernas Ayo Mondok Sampaikan Risalah Jaga Marwah Pesantren dan Santri
BACA JUGA:Hari Santri Nasional, Kilas Balik dari Resolusi Jihad Menuju Resolusi Peradaban Dunia
Santri 5.0 bukan hanya ahli ibadah atau penghafal kitab kuning, melainkan penggerak inovasi dan penafsir zaman. Santri hendaknya berkhidmat kepada ilmu, masyarakat, dan kemanusiaan. Santri harus memahami bahwa zikir dan coding, ngaji dan networking, adalah dua jalan menuju satu tujuan, yakni memakmurkan bumi dengan iman.
Santri berakar pada tradisi tetapi berdaun teknologi. Kecerdasan buatan dan big data dipandangnya bukan ancaman, melainkan sarana dakwah dan pemberdayaan. Dalam dirinya berpadu spiritualitas dan rasionalitas sehingga kekhusyukan pesantren harus bersenyawa dengan semangat laboratorium dan ruang co-working space – startup.
Terminologi ”evolusi santri” bukan sekadar perubahan sosial, melainkan perjalanan kesadaran. Dalam pandangan Islam, santri adalah pencari hikmah yang meniti jalan dari pendalaman agama (tafaqquh fiddin) menuju pendalaman kehidupan (tafaqquh fil hayah).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: