Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (95): Urban Farming Kota Internasional

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (95): Urban Farming Kota Internasional

JAJARAN LAPAK yang menjual aneka hasil urban farming di Gubei , Shanghai.-Doan Widhiandono-

Gubei Civic Center tidak hanya ruang pamer dan layanan administrasi. Warga pun bisa memetik hasil nyata kiprah mereka selama ini.

HALAMAN depan Gubei Civic Center menampilkan wajah yang tak terduka. Bukan kantor birokrasi, melainkan kios sayuran urban farming. Komunitas internasional Gubei ternyata tak hanya aktif dalam urusan administratif dan sosial. Mereka juga merawat ruang hijau secara mandiri.

Hari itu, 4 November 2025, aneka sayuran dan buah di beberapa lapak yang dinaungi tenda. Ada sawi, terong, jamur, hingga pisang. Itu adalah hasil warga Gubei sendiri. Bukan dibeli dari kawasan pedesaan.

Praktik itu bukan sekadar hobi. Urban farming adalah bagian dari gaya hidup warga Gubei. Dalam komunitas padat, itu juga sarana menjembatani jarak antar tetangga. Mereka saling bertukar tanaman, berbagi pengalaman menanam, dan kolaborasi.

BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (94):PBB Mini di Shanghai

BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber

Budidaya tanaman di area Civic Center punya dua fungsi sekaligus. Pertama, sebagai titik edukasi. Warga dari berbagai negara datang, belajar bersama menanam, merawat tanaman, dan mengelola pot secara komunal.

Hal itu menciptakan ruang interaksi antar budaya. Sebab, praktik bercocok tanam menjadi "bahasa universal."

Kedua, sebagai kontribusi hijau lokal. Urban farming memperkenalkan unsur keberlanjutan ke lingkaran 15 menit Gubei. Alih-alih membeli semua sayuran dari luar, warga menanam sebagian sendiri. Tentu, hal tersebut mengurangi jejak karbon sedikit demi sedikit, sekaligus memperkuat rasa kepemilikan terhadap komunitas.

Penjaja urban farming ini bukan pedagang profesional: banyak dari mereka adalah penghuni Gubei sendiri. Bisa ekspatriat atau warga Shanghai yang peduli lingkungan. Mereka menyusun kios kecil, menjual hasil panen, dan membangun jaringan mini pasar lokal.


SAYURAN SEGAR yang dijual oleh warga ini adalah hasil pertanian setempat.-Doan Widhiandono-

Aktivitas semacam itu memberi makna baru di tengah gedung beton dan rutinitas sehari-hari.

Urban farming di Gubei Civic Center tidak sekadar soal tanaman. Itu adalah manifestasi dari kepercayaan komunitas. Bahwa warga bisa membangun ruang publik bersama, bukan hanya menuntut layanan dari pemerintah, tapi juga memberi kontribusi nyata. Mereka membuat “komunitas hijau” yang terasa milik bersama.

Tentu, urban farming di tengah kota seperti Gubei bukan tanpa tantangan. Lahan terbatas, sinar matahari mungkin kurang ideal, dan kebutuhan pemeliharaan cukup tinggi. Tapi warga di Civic Center tampak berkomitmen. Area tanam dipelihara dengan rapi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: