Surat Terbuka Kiai Imam Jazuli ke Gus Yahya: Jiwa Besar Santri akan Manut Kiai

Surat Terbuka Kiai Imam Jazuli ke Gus Yahya: Jiwa Besar Santri akan Manut Kiai

Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, Imam Jazuli memberi usulan terkait islah Yahya Cholil Staquf atau yang kerap disapa Gus Yahya dengan Rais 'Aam.-ist-

Konflik, Gus, ibarat badai yang mengoyak layar perahu besar yang bernama Nahdlatul Ulama. Perahu ini, yang dibangun dengan cucuran keringat dan air mata para pendahulu, kini oleng dihantam ego dan kepentingan sesaat. Sudahi, Gus, sudahi prahara ini. Apapun alasannya, sebesar apapun argumen logikamu, tiada yang lebih mulia daripada merajut kembali benang sutra persaudaraan yang terkoyak.

Adab dan manut (patuh) kepada kiai sepuh adalah mahkota kemuliaan kita, permata yang membedakan kita dari yang lain. Ia adalah benteng dari kesombongan intelektual, oase di tengah gurun fatwa yang kering. Engkau pasti memilikinya, Gus, adab itu, yang terpatri sejak engkau menghirup udara pesantren.

BACA JUGA:Alasan Gus Yahya Tolak Perintah Majelis Syuriah: Saya Tidak Diberi Kesempatan Menjelaskan

Kembalilah pada khittah tanfidliyah, dengarkan bisikan para sesepuh, yang suaranya mungkin pelan, namun mengandung kekuatan dan keberkahan yang abadi.

Konflik yang lumayan berlarut dan pelik ini, Gus, sungguh berdampak tidak baik di tingkat bawah. Akar rumput merasakan keresahan dan kekhawatiran akan perpecahan. Kami ingin melihat NU yang teduh, yang menjadi payung bagi umat, bukan arena perselisihan.

Sekali lagi, kami memohon dengan sangat, agar Gus Yahya berkenan untuk manut pada Syuriah, menerima keputusan atau arahan dari para sesepuh dan dewan syuriah, yang merupakan benteng moral dan marwah organisasi. Sikap nerimo dan kepatuhan pada garis ulama adalah warisan yang diajarkan para pendiri NU kepada kita semua.

Mari kita sudahi polemik ini, jangan diperpanjang lagi. Tunjukkanlah kepada kami, kepada seluruh Nahdliyin, bahwa Gus Yahya adalah pemimpin yang siap mengorbankan kepentingan pribadi demi kemaslahatan umat dan martabat NU.

Kami percaya, dengan sikap legowo Gus Yahya, ketenangan akan kembali tercipta, dan marwah Nahdlatul Ulama akan tetap terjaga. Semoga surat ini, yang hanya secarik doa yang terbungkus dalam kata-kata, menyentuh relung hatimu yang paling dalam. Kami merindukan NU yang damai, NU yang teduh, di bawah naungan restu kiai-kiai panutan kita.(*)

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: