Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (99): Diplomasi Lewat Mainan

Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (99): Diplomasi Lewat Mainan

SERI DORAEMON yang diproduksi oleh 52TOYS dipajang di Beijing. Perusahaan itu juga membuat karakter berlisensi untuk kian memperluas pasar.-Doan Widhiandono-

Industri mainan di Tiongkok terus menunjukkan pertumbuhan signifikan sepanjang 2024–2025. Konsumsi domestik meningkat, ekspansi global meluas. Mainan pun tak lagi massal, tetapi kian kreatif dan berbasis hak kekayaan intelektual. Itu terlihat dalam kunjungan peserta China International Press Communication Center (CIPCC) ke 52Toys, Selasa, 25 November 2025.

LAPORAN IMARC Group menyebut, nilai pasar mainan Tiongkok mencapai USD22,8 miliar atau sekitar Rp379 triliun pada 2025. Angka diperkirakan meningkat pada 2033 dengan tingkat pertumbuhan tahunan mencapai 8,61 persen.

 

Data yang sama juga menyebut Guangdong sebagai pusat terbesar. Provinsi itu menguasai 31,2 persen pangsa pasar nasional pada 2024. Kota Dongguan adalah salah satu episentrum pertumbuhan itu. Di kota itu ada lebih dari 4 ribu pabrik mainan dan sekitar 1.500 perusahaan pendukungnya. Menurut situs ecns.cn, kota itu memproduksi 85 persen art toys Tiongkok.

 

Dan IMARC Group juga mencatat bahwa saat ini ada peningkatan terhadap mainan edukatif, elektronik, dan collectible item yang berorientasi desain.

BACA JUGA:Harian Disway di China International Press Communication Center (CIPCC) (98): Wisata Doa yang Populer

BACA JUGA:Siswa ITCC Raih Beasiswa ke Tiongkok (6): Siap Taklukkan Dunia Siber

 

Situs ECSN juga mengatakan bahwa pemerintah Tiongkok memperkirakan nilai pasar mainan berbasis kecerdasan buatan mencapai 29 miliar yuan pada 2025. Naik dari 24,6 miliar yuan pada 2024. Artinya, ada penetrasi teknologi dalam konsumsi budaya anak dan remaja.

 

Sejumlah pengamat menyebut, industri Tiongkok memang terus bertransformasi. Dari sekadar manufaktur menjadi pusat ekonomi kreatif. Mereka tidak hanya mengandalkan produksi manufaktur orisinal (original equipment manufacturer/OEM). Tiongkok sudah beralih mengembangkan karakter dan narasi visual yang dapat dipasarkan sebagai gaya hidup. Muaranya, daya tarik budaya Tiongkok diwujudkan produk sehari-hari yang dikonsumsi generasi muda di berbagai negara.

 

Dalam perspektif akademis, perkembangan itu selaras dengan teori soft power Joseph S. Nye. Yakni, kekuatan budaya bekerja ketika suatu negara membuat pihak lain menginginkan apa yang ia inginkan melalui daya tarik, bukan paksaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: