Belajar Public Speaking dari Gita Wirjawan, dr Fahrudin, dan Raditya Dika

Belajar Public Speaking dari Gita Wirjawan, dr Fahrudin, dan Raditya Dika

Ilustrasi public speaking.-Harian Disway-Harian Disway

Fahrudin Faiz selalu tanya panitia: “Siapa yang hadir? Usia berapa? Latar belakang?” Baru ia tentukan contoh dan diksi.

BACA JUGA:Banjir Bandang Sumatera, Alarm yang Terus Diabaikan

BACA JUGA:Pemanfaatan AI dalam DKV: Saling Mendukung atau Menelikung?

Raditya Dika merekam setiap sesi latihan, lalu potong bagian yang tak memicu reaksi, karena jika tak ada respons, berarti pesan gagal menyambung.

Bagi mahasiswa, pelajaran itu krusial. Teman-teman tak perlu jadi orator. Tapi bisa dilatih dari hal-hal keseharian:

  • Jelaskan skripsimu dalam 2 menit ke orang awam.
  • Jawab pertanyaan ujian tanpa berputar-putar.
  • Uraikan band favoritmu ke teman baru.

Grogi? Wajar. Tapi jangan jadikan alasan untuk diam. Latih hal spesifik:

  • Latih menyampaikan inti pikiran dalam 60 detik.
  • Latih diam 2 detik sebelum jawab pertanyaan—itu lebih meyakinkan daripada buru-buru ngomong.
  • Latih mengganti “eh… jadi…” dengan napas pendek.

Di era di mana semua orang bisa upload suara, yang langka bukan yang bicara, tapi yang dipilih untuk didengar.

Generasi muda punya akses luar biasa ke panggung: media sosial, kelas daring, komunitas digital. Tapi akses tanpa kemampuan menyampaikan pesan hanya menghasilkan kebisingan.

Public speaking yang efektif bukan soal kamu terlihat hebat. Tapi soal orang lain merasa: “Aku mengerti. Aku tergerak. Aku mau lanjut dengar.”

Dan itu, bisa dipelajari. Mulai hari ini, dari hal kecil. (*)

*) Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 dengan Dosen Pengampu Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: