Natal sebagai Simbol Kemanusiaan dan Kasih Universal

BACA JUGA:Polres Pelabuhan Tanjung Perak Sterilisasi Gereja Jelang Natal 2025 di Surabaya Utara

Secara simbolis, kisah itu menyampaikan bahwa martabat manusia tidak ditentukan oleh status sosial, kekayaan, atau kekuasaan. Dalam perspektif historis, pesan tersebut dapat dibaca sebagai kritik moral terhadap struktur sosial yang timpang dan tidak adil.

Di tengah dunia modern yang masih diwarnai kesenjangan ekonomi dan marginalisasi kelompok rentan, pesan kesederhanaan Natal tetap relevan. 

Natal mengingatkan bahwa kemanusiaan sejati justru lahir dari empati, kerendahan hati, dan keberpihakan kepada mereka yang lemah. Itulah fondasi nilai kemanusiaan universal yang menjadikan Natal bermakna lintas zaman dan lintas agama.

BACA JUGA:Sambut Sukacita Natal, Royal Plaza Gelar Christmas Charity

BACA JUGA:UK Petra Wujudkan Dukungan untuk Papua dalam Rupa Pohon Natal

Lebih dari sekadar perayaan religius, Natal telah berkembang menjadi simbol nilai-nilai kemanusiaan universal. Kasih, pengorbanan, solidaritas, dan harapan merupakan pesan utama yang terus diwariskan melalui peringatan Natal. 

Nilai-nilai itu tidak eksklusif milik satu kelompok, tetapi dapat diterima dan dihayati oleh seluruh umat manusia.

Dalam konteks global yang diwarnai konflik, polarisasi identitas, krisis kemanusiaan, dan melemahnya empati sosial, Natal hadir sebagai pengingat akan pentingnya kembali pada nurani kemanusiaan. 

Natal mengajak manusia untuk melihat sesama bukan sebagai ”yang lain”, melainkan sebagai bagian dari keluarga besar umat manusia.

BAHASA SEBAGAI SIMBOL: MAKNA 圣诞节快乐

Salah satu bukti kuat bahwa Natal telah menjadi perayaan lintas budaya adalah hadirnya ucapan Natal dalam berbagai bahasa dunia. Dalam bahasa Mandarin, ucapan selamat Natal dikenal dengan frasa 圣诞节快乐 (Shèngdàn Jié Kuàilè).

Secara etimologis arti frasa tersebut:

• 圣 (shèng) berarti suci atau luhur

• 诞 (dàn) berarti kelahiran

Sumber: