Jalur Laut Naik Hampir 50 Persen

Rabu 04-05-2022,06:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Tomy C. Gutomo

ANGKA-angka mudik tahun ini menunjukkan bahwa situasi pandemi sudah hampir berakhir.  Selain rekor 1,7 juta kendaraan yang meninggalkan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabotedabek), peningkatan pesat juga terjadi di jalur laut.

Warga Surabaya Farhan Amri memilih mudik menggunakan kapal ke Makassar tahun ini. Padahal di tahun-tahun sebelumnya ia dan keluarga selalu menggunakan pesawat. ”Karena naik kapal enggak pakai tes PCR. Kami sudah vaksin booster,” ujar pengusaha tambak itu.

Syarat naik kapal memang lebih longgar. Syarat tes PCR atau antigen berlaku bagi penumpang yang belum mendapat vaksin booster. Sedangkan penumpang pesawat masih wajib membawa hasil negatif tes tersebut.

Selain itu harga tiket kapal jauh lebih murah. Farhan membeli tiket kapal dengan harga Rp 350 ribu. Berangkat pukul 21.00 sampai di Makassar pukul 06.00. “Lebih lama tapi enggak terasa. Karena bisa sambil tidur,” lanjutnya.

Harga tiket pesawat ke Makassar paling murah Rp 600 ribu. Jarak rumahnya dengan bandara juga agak jauh. Makanya ia lebih memilih naik kapal kali ini.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memantau secara khusus Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara kemarin. Ia menekankan aspek kelaikan kapal yang masih dilanggar.

Dari hasil ramp check yang telah dilakukan terhadap kapal-kapal di Pelabuhan Muara Angke, terdapat 8 kapal yang tidak memenuhi persyaratan.  ”Dari 31 kapal, sebanyak 23 kapal di Muara Angke dinyatakan memenuhi syarat keselamatan dan dapat beroperasi,” kata Budi dalam keterangan pers Kemenhub kemarin.

 

 

Menhub mengimbau para pemilik kapal untuk melengkapi syarat-syarat perjalanan dan Surat Perintah Berlayar atau SPB. Ia juga mengingatkan agar pengelola kapal mematuhi batas beban muatan serta batas kecepatan sesuai aturan.

Budi juga memantau gerai vaksinasi Pelabuhan Muara Angke. Penumpang yang belum mendapat vaksin booster bisa terlayani sebelum berangkat.  “Kami meminta petugas tetap sopan, ramah, namun tetap tegas. Karena saudara-saudara kita itu akan berwisata, tetapi kita jaga agar tetap berkeselamatan. Mudik aman dan mudik sehat harus dilaksanakan," tegasnya.

Jumlah penumpang kapal di Muara Angke naik 300 persen dibanding hari biasa.  Dalam sehari ada 4 ribu orang yang menyeberang dengan tujuan utama ke Kepulauan Seribu. 

Selain itu Budi juga mengimbau masyarakat untuk kembali lebih awal sebelum atau setelah puncak arus balik yang diprediksi terjadi pada 6 hingga 8 Mei 2022 nanti. Ada dua titik arus balik yang harus diwaspadai. Yakni titik Tol Semarang-Jakarta dan Penyeberangan Bakauheni-Merak. ”Kalau cutinya bisa diperpanjang, bisa pulang setelah tanggal 8 Mei,” jelasnya.

Selain itu ia juga meminta pengendara tidak memaksakan diri untuk menggunakan rest area di jalan tol jika sudah penuh, dan jangan berhenti di bahu jalan. Selain membahayakan pengendara lain, kejadian ini terbukti telah menimbulkan kemacetan di berbagai titik. 

”Jika lelah, masyarakat bisa keluar tol di kota terdekat, dan bisa istirahat di tempat-tempat yang telah disiapkan. Di sana lebih aman dan leluasa,” ujar Budi. Pemda yang dilewati jalur tol sudah menyiapkan rest area di jalan arteri.  

Sementara itu Humas Bandara Juanda Yuristo Ardhi Anggoro mengatakan jumlah penumpang yang dilayani sejak 25 April hingga 2 Mei mencapai 259.785 jiwa. Jumlahnya memang tidak sebanyak sebelum pandemi. Namun peningkatan tersebut cukup signifikan dibanding dua kali mudik sebelumnya di masa pandemi. ”Rata-rata 32.473 penumpang per hari,” jelasnya.

Penumpang kedatangan domestik masih mendominasi: 58 persen. Sementara itu jumlah pergerakan pesawat mencapai 1.978 selama satu pekan. 

Ia mengatakan puncak penumpang terjadi pada Jumat (29/4). Sebanyak 38.071 warga meninggalkan Surabaya dengan menggunakan pesawat. ”Prediksi puncak arus balik penumpang pada Sabtu (7/5). Diperkirakan mencapai 39 ribu penumpang,” katanya. 

Sekretaris Forum Maritim Jatim Ali Yusa mengatakan perubahan perilaku penumpang yang memilih kendaraan laut patut disyukuri. Sebab selama ini penggunaan Kapal Feri semakin ditinggalkan. ”Momentum ini seharusnya diimbangi dengan perbaikan moda transportasi kapal,” ujar Dosen Teknik Perkapalan Universitas Muhammadiyah Gresik itu.

Temuan Kemenhub di Muara Angke menjadi salah satu gambaran kondisi kapal di Indonesia. Padahal jika kendaraan laut dikembangkan, ada banyak potensi maritim Indonesia yang ikut terangkat. (Salman Muhiddin)

Kategori :