SURABAYA, DISWAY.ID- PUNCAK arus balik mudik mulai terlihat kemarin (6/5). Kemacetan terjadi di berbagai titik tol trans-Jawa hingga jalan arteri antarkota. Jumlah petugas tol, dishub, hingga kepolisian ditambah di titik rawan kemacetan. Terutama di rest area.
Area transit itu memang jadi biang kerok kemacetan pada puncak arus mudik akhir April lalu. Padahal, problem tersebut tidak pernah muncul pada mudik sebelumnya. Bahkan, sebelum pandemi.
Terjadi keruwetan di area parkir rest area. Pengendara juga harus mengantre di toilet. Terutama toilet perempuan. Selain itu, lonjakan kendaraan terjadi di antrean SPBU jalan tol.
Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono memantau langsung kondisi kemacetan di gerbang tol Palimanan. Polisi sudah mengambil langkah diskresi dengan menerapkan rekayasa lalu lintas. Sistem one way sudah diterapkan dari GT Kalikangkung, Semarang, ke arah Cikampek.
Langkah selanjutnya adalah menutup rest area jika sudah penuh. Kebijakan itu tidak sempat diambil saat puncak arus mudik pekan lalu. ”Rest area yang terjadi kepadatan ditutup sementara, supaya arusnya bisa berjalan dan masyarakat yang berhenti di bahu jalan akan kita arahkan untuk melanjutkan perjalanan,” kata Gatot.
Selain menutup rest area yang penuh, polisi menyiapkan dua langkah lainnya. Jumlah tim urai kemacetan di tol dan jalur arteri ditambah. Polisi juga menyediakan mobil derek tambahan di setiap pintu tol.
Gatot mengatakan, kepadatan di tol bakal terjadi hingga besok (8/6). Pengendara yang bisa menunda balik diharapkan pulang setelah puncak arus balik.
PT Jasamarga Related Business (JMRB) selaku anak usaha PT Jasa Marga juga mengatur waktu singgah pengendara. Mereka tidak boleh transit lebih dari 10 menit. Batasan waktu itu dipersingkat dari ketentuan sebelumnya: 30 menit.
JMRB juga berkoordinasi dengan Pertamina untuk mengarahkan pengendara ke rest area di luar tol. SPBU dengan halaman luas sudah disiapkan sebagai rest area alternatif.
General Manager Perencanaan dan Pengendalian Operasional PT JMRB Meta Herlina Puspitaningtyas mengatakan, ada banyak tempat istirahat alternatif di jalur arteri. Lokasinya pun dekat dengan gerbang tol. ”Kami mengimbau dan memohon kerja sama dari para pengguna jalan untuk menuju tempat istirahat alternatif jika rest area tengah menerapkan sistem rekayasa buka/tutup,” jelas Meta.
Meta juga menyampaikan, tarif tol dari Surabaya (GT Warugunung) hingga Cikampek (GT Cikampek Utama) menggunakan sistem tertutup. Dengan demikian, pengguna jalan akan membayar tarif tol sesuai jarak tempuh.
Apa bedanya dengan sistem terbuka? Pada sistem transaksi terbuka, pengendara hanya membayar tol pada saat masuk kali pertama melalui gardu tol. Pembayaran tersebut juga termasuk membuka palang di gerbang tol. Ketika ingin keluar, pengendara tidak perlu membayar ataupun menempelkan kartu uang elektronik (KUE).
Sedangkan untuk sistem transaksi tertutup, pengendara akan melakukan pembayaran saat berada di gardu gerbang tol tempat ingin keluar. Jadi, saat pertama masuk, pengendara tidak melakukan pembayaran. Di gardu awal, yang dilakukan hanya membuka palang atau portal.
Dengan cara itu, waktu tap di tol bisa dipangkas lebih singkat. Rata-rata kendaraan hanya membutuhkan waktu 8 detik untuk keluar dari pintu tol.
Jasa Marga sudah merilis jumlah pemudik yang melintasi tol kemarin. Sebanyak 563.593 kendaraan sudah kembali ke barat. Angkanya nyaris sepertiga dari total mobil yang berangkat mudik pekan lalu: 1,7 juta kendaraan.