SURABAYA, DISWAY.ID- Kabar gembira bagi para pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) di Jawa Timur. Kini mereka bisa memanfaatkan program magang lebih panjang. Tidak hanya 6–9 bulan. Tetapi, boleh sampai lulus.
Bahkan, mereka diperbolehkan terikat kontrak kerja sambil sekolah. Tentu, dengan beberapa catatan. Pertama, jika perusahaan tempat magangnya membuka lowongan kerja. Kedua, perusahaan tersebut harus bertaraf nasional atau internasional.
”Sekolah harus memberikan kebebasan untuk hal itu. Mereka bisa tetap belajar sambil bekerja,” ungkap Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi kemarin (11/5). Kegiatan belajar sekolah bisa diikuti secara online atau virtual. Setiap sekolah bisa menyediakan fasilitas tersebut.
Itu sesuai dengan orientasi pembelajaran project based learning. Yakni, memberikan kesempatan magang hingga lulus sekolah dan mempersilakan perusahaan merekrut siswa meski belum lulus.
Ia meminta seluruh kepala SMK untuk memberikan dispensasi bagi para siswa. Agar bisa bekerja sesuai keahlian di perusahaan yang mapan. ”Program ini bisa dijalankan tahun ini. Tidak perlu menunggu lulus. Siswa sudah boleh bekerja atau berwirausaha,” jelasnya.
Program itu sebetulnya terinspirasi dari SMKN 2 Ponorogo. Beberapa siswa di sana magang di PT Marta Tilaar. Termasuk alumninya. Penilaian kerja mereka pun cukup baik.
Perusahaan pun tak segan menawarkan pekerjaan kepada mereka meski belum lulus sekolah. ”Minimal sudah semester 4 jika memiliki kompetensi dasar bisa langsung kerja, tidak harus menunggu lulus,” ucapnya.
Ketua Dewan Pendidikan Jatim Prof Warsono pun menyambut baik program tersebut. Itu sangat bermanfaat untuk mengasah kompetensi para siswa. Apalagi, tidak semua siswa SMK punya fasilitas laboratorium yang memadai.
”Karena tujuannya ini untuk menyiapkan anak-anak masuk ke lapangan kerja. Yang dibutuhkan adalah keterampilan,” katanya. Hal itu susah diperoleh jika bergantung pada laboratorium saja. Keterampilan mereka tidak bakal ter-upgrade.
Pelajar SMA dan SMK juga beda. Kurikulum SMK lebih banyak praktik. Dengan demikian, ia menilai kebijakan itu sudah sesuai dengan SMK. Bahkan, bisa mengurangi pengangguran terbuka.
”Kalau SMK menjadi penyumbang pengangguran terbuka, itu karena keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja,” jelasnya. Karena itu, membiarkan siswa SMK langsung praktik industri dan menggali ilmu sebanyak-banyaknya adalah solusi. (*)