SURABAYA, DISWAY.ID- Makin lama, langkah kaki Khoirul makin berat. Bukan hanya karena jalan licin yang membuatnya harus menyeimbangkan diri. Tapi, ia kembali harus memikul keranda berisi perempuan yang dicintainya.
Dalam sepekan ini, sudah dua kali pria berusia 50 tahun itu melakukan hal yang sama. Senin lalu (16/5) ia memikul jenazah istrinya, Maftukha. Kini ia kembali memikul keranda berisi putri bungsunya, Nazwa Dwi Yuniarti.
Nazwa tutup usia seusai dirawat secara intensif si Rumah Sakit (RS) Gatoel, Kota Mojokerto. Putrinya menjadi korban kecelakaan maut di tol Surabaya–Mojokerto (Sumo), Km 712+400, Senin (16/5), pukul 06.15. Putrinya juga sempat menjalani operasi kepala. Namun, nyawanyi tak bisa diselamatkan.
Pelajar SMP Wachid Hasyim 7 itu menambah jumlah korban yang meninggal dunia akibat tragedi tersebut. Kini total mencapai 15 orang dari 33 penumpang beserta sopir yang ada dalam bus tersebut. Nazwa meninggal Kamis (19/5) pukul 04.00.
”Mereka (istri dan anak, Red) dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Islam Benowo. Anak saya jam 09.45 tadi (kemarin, Red). Setelah itu, langsung dimandikan,” katanya saat ditemui Harian Disway seusai pemakaman.
Sementara itu, Fajrul Romadhon, kakak Nazwa, menceritakan, sejak awal mengetahui bus yang ditumpangi adik, ibu, dan sepupunya, Jerry Ade Wijaya, kecelakaan, dirinya langsung ke Mojokerto.
”Mereka dirawat di tiga rumah sakit berbeda. Adik saya (Nazwa) paling terakhir ditemukan. Saya lihat adik saya di tempat pendaftaran. Kondisinya sudah tidak sadarkan diri,” katanya saat ditemui di kediamannya di gang 2, RT 2.
Setelah tragedi itu, malamnya, adiknya langsung menjalani operasi. Sebab, ada benjolan parah di kepala bagian belakang. Benjolnya sangat besar. Operasi itu berlangsung beberapa jam. Mulai pukul 22.00 sampai 03.00.
”Operasinya berjalan lancar. Setelah selesai operasi, saya lihat banyak slang dipasang ke muka adik saya. Ada slang untuk makan dan slang oksigen. Sisanya saya gak tahu lagi slang apa,” ungkapnya. Pascaoperasi itu, kondisi Nazwa berangsur membaik.
Beberapa bagian tubuh mulai bisa digerakkan. Walau hanya bagian kiri. Bagian tubuh sebelah kanan hanya bisa digerakkan sedikit-dikit. ”Dia (Nazwa) saat itu sudah setengah sadar. Walau belum bisa buka mata dan bicara,” ungkapnya.
Tim medis juga mulai peka terhadap perkembangan kesehatan Nazwa. Beberapa slang mulai dilepas dari tubuhnyi. ”Rabu pagi kemarin itu dilepaskan,” ucapnya.
Namun, malamnya kejadian menegangkan kembali terjadi.
Nazwa tiba-tiba berontak. Sambil terpejam, dia berteriak. Tim medis datang untuk menenangkan. Tidak berapa saat, putri kedua dari dua bersaudara itu akhirnya diam. Itu adalah teriakan terakhir yang dilakukan.
”Saya tidak tahu kenapa adik saya berontak. Mungkin karena kesakitan. Perawat juga mungkin kasih obat penenang. Saya gak tahu apa-apa. Saya hanya di luar. Sejak awal kejadian hingga subuh tadi (kemarin), saya selalu nemani adik saya,” beber Fajrul.
Usai teriakan itu, Fajrul langsung tidur. Ia di luar ICU. Ia tidak bisa tidur menemani adiknya. Hanya, ketika siang, ia selalu menemani sang adik. Namun, sekitar pukul 03.00, seorang perawat menyadarkannya dari lelap tidur.