Mendiang Arief Harsono: Saban Hari Swab, Tetap Tembus

Rabu 18-08-2021,04:00 WIB
Editor : Gunawan Sutanto

Mendiang Arief Harsono meninggalkan jejak positif selama pandemi Covid-19 merajalela. Kiprahnya saat memimpin PT Samator Gas Industri menyelamatkan banyak nyawa. Oksigen dari perusahaan itu menjadi gantungan hidup ribuan pasien. Namun, Arief justru meninggal di tengah-tengah perjuangan bersama perusahaannya itu.

JEJAK Arief Harsono kini dilanjutkan oleh putra-putrinya. Rachmat Harsono, putra sulung, menggantikan Arief sebagai direktur utama. Sedangkan Imelda Mulyani Harsono, anak kedua, menjadi salah satu direktur di Samator.

Jumat (13/8), Imelda menemui Harian Disway di ruangan kantornya, di Jalan Raya Kedung Baruk, Surabaya. Berbaju putih yang terlihat casual, Imelda membicarakan aneka kenangan tentang Arief Harsono.

Imelda mengenang Arief sebagai orang yang tidak mudah menyerah. Bahkan, saat sakit pun Arief masih memikirkan orang lain. Memikirkan para pasien yang butuh oksigen dari perusahaannya.

Di rumah sakit, handphone Arief terus aktif. Banyak orang menghubunginya untuk pemenuhan kebutuhan oksigen. Lonjakan permintaan gas itu sangat tinggi. Samator cukup kewalahan memenuhi permintaan masyarakat.

Padahal, produksi di perusahaan itu sudah maksimal. Sampai, oksigen industri dikurangi produksinya. Tinggal 10 persen. Sisanya memproduksi oksigen medis. Itu pun tetap tidak bisa mencukupi kebutuhan masyarakat.

Dalam kondisi seperti itu, oksigen sangat berharga lebih dari emas, perak dan permata. Sebab, semua orang berburu untuk mendapatkannya. Terutama pasien Covid-19. Sehingga, bos Samator Group itu tidak pernah mengenal work from home (WFH).

Arief selalu bertemu dengan orang hanya untuk mencari cara agar bisa memenuhi kebutuhan oksigen di tanah air. Tidak hanya untuk negaranya. Bahkan, untuk kebutuhan beberapa negara. Sampai akhirnya ia terpapar virus Covid-19 karena padatnya pertemuannya itu.

“Mungkin karena banyaknya kegiatan, beliau sangat kelelahan. Imunnya turun. Bapak gampang sekali tertular Covid-19,’’ kata Imelda.

Ayah empat orang anak itu tidak menyadari bahwa dirinya telah terpapar Covid-19. Walau, setiap lima hari sekali ia dan keluarganya menjalani uji usap PCR. Bahkan, setiap hari, Arief melakukan swab antigen sendiri.

Pada 26 Juni, Arief mengeluhkan tenggorokannya tidak enak. Sering batuk. Imelda lantas menyarankan untuk swab PCR. Arief ogah. Sebab, tiga hari sebelumnya ia baru saja menjalani tes usap PCR tersebut.

Tapi, hari itu ayahnya memutuskan untuk melakukan isolasi mandiri di salah satu hotel. Keesokan harinya, ia melakukan swab test antigen sendiri. Hasilnya garis dua. Positif. Barulah setelah itu, ia meminta untuk swab PCR. Sekali lagi, positif.

Beberapa jam setelah positif, Arief minta untuk dibawa ke rumah sakit. “Kami sempat berdiskusi saat itu. Saya, mama dan papa saya. Mau melanjutkan isolasi mandiri atau isolasi di rumah sakit. Tapi, Pak Arief minta untuk di rumah sakit saja,” tambahnya.

Hanya didampingi sopir pribadinya, Arief pergi ke RS Adi Husada. Ia sudah memakai alat pelindung diri lengkap. Di rumah sakit itu, Arief langsung diarahkan ke ruang transisi sebelum menuju ruang isolasi.

“Beliau saat itu jalan sendiri. Kondisinya sehat bugar. Gak ada bantuan siapa pun. Setiap hari kami mantau kondisi beliau. Papa selalu bilang sehat-sehat saja. Tidak ada apa-apa. Tidak ada komplain kalau sesak atau apa pun,” bebernya.

Tags :
Kategori :

Terkait