”Setau saya harga reagen per kit adalah Rp 205 ribu. Komponen lainnya paling tidak Rp 200 ribu. Lalu ada jasa SDM sebesar Rp 95 ribu, termasuk pembelian APD. Sehingga, totalnya Rp 495 ribu. Kalau reagen disubsidi, tentu bisa turun kan harganya?” kata laki-laki hobi bersepeda itu.
Ketua Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Jatim Dodo Anando mengatakan, semua RS di Jatim siap memakai harga PCR sebesar Rp 495 ribu. Tetapi, seharusnya pemerintah ikut membantu memberikan subsidi. Sebab RS bisa kewalahan jika menanggung biaya PCR yang dihitung pas-pasan itu.
Dodo menjelaskan, tes PCR bisa menggunakan tiga jenis reagen. Yakni, parameter 1, 2, dan 3. Semakin tinggi angkanya, ia makin sensitif. Tetapi, harganya juga kian mahal.
Menurut Dodo ketika melakukan uji lab, ada kemungkinan hasilnya invalid. Sehingga, RS harus kembali menguji menggunakan reagen baru. Jika itu terjadi, rumah sakit bisa rugi. ”Invalid bukan berarti dari human error . Bisa juga dari alat. Nah kalau harga pas-pasan, nanti banyak RS yang rugi karena menangggung reagen itu,” katanya. (Doan Widhiandono-Andre Bakhtiar)