Dimaz akhirnya kembali ke apartemen. Bergabung dengan rekan-rekannya di tim Knights. Rekan-rekannya satu tim tidak ada yang tahu Dimaz sudah jadian dengan Via. Kecuali Wijin. Rekan-rekannya semua tahu bahwa Dimaz tergila-gila dengan Via. Tapi mereka meyakini cinta Dimaz bertepuk sebelah tangan.
Suatu hari, tim Knights sparring dengan tim PON DKI Jakarta. Dimaz meminta Via datang. Eh, Via malah datang bersama Vavories Palopo, pebasket profesional. Teman-teman Dimaz pun langsung bereaksi. "Wah gimana mau dapat," kata Dimaz menirukan rekan-rekannya saat itu.
Dimaz diam saja. Ia senyum-senyum saja dalam hati. Begitu selesai pertandingan, Dimaz langsung nyamperin Via. Tangan gadis 22 tahun itu digandengnya. "Asli semua kaget. Melongo semua ha ha," kenang Dimaz bangga. "Sampai pelatih saya, Simon Wong, juga ikut kaget," imbuhnya.
Selama di depan rekan-rekannya, tangan Via tak pernah lepas dari genggaman. Via adalah pacar kelima Dimaz. Sekaligus pacar terakhir.
Setelah dua minggu yang berkesan di Jakarta, Dimaz dan tim akhirnya ke Surabaya. Kuliah di Universitas Surabaya. "Saya masuk jurusan hukum. Kali ini kuliah beneran. Saya pilih hukum saya pikir nggak ada itung-itungan. Ternyata ada juga pas mata kuliah hukum pajak," kata member 1000 point di NBL Indonesia itu.
Mereka masuk Ubaya karena akan membela Ubaya di Libama Nasional 2007. Via juga membela STE Indonesia. Mereka bertemu di seri pertama di Bandung. Dengan materi pemain mantan bintang STMIK Mikroskil, Ubaya juara Libama Nasional 2007. "Sempat kalah dengan STIE Perbanas. Tapi kami yang juara," kata Dimaz. (Tomy C. Gutomo-Bersambung)