Pasukan Taliban masuk ke ibu kota Kabul dan menguasainya tanpa melepas satu butir peluru pun. Pasukan AS memilih mundur dengan teratur, dan Presiden Ashraf Ghani yang memimpin rezim boneka AS memilih lari ke luar negeri dan memenuhi bagasi pesawatnya dengan uang ratusan juta dolar.
Dua empire besar dunia sudah terkubur di Afghanistan dengan cara yang sama-sama memalukan. Kali ini Presiden Joe Biden memerintah pasukan AS untuk mundur total pada 31 Agustus. D-Day itu ia pilih sendiri. Ia pun tidak mau melakukan kompromi apa pun. Biden tidak peduli bahwa evakuasi warga AS dari Kabul belum tuntas. Ia tetap memerintahkan agar semua pasukan AS ditarik pada D-Day.
Menjelang tengah malam D-Day, pesawat terbang militer terakhir AS akhirnya lepas landas dari Bandara Kabul. Pasukan AS meninggalkan begitu saja berbagai persenjataan, mulai senapan sampai pesawat tempur yang utuh.
Begitu pesawat terakhir AS terbang meninggalkan bandara, pasukan Taliban langsung mengambil alih bandara dan melakukan selebrasi dengan memberondongkan peluru ke udara sehingga memunculan cahaya seperti kembang api di langit Kabul.
Pasukan Taliban merampas persenjataan AS yang ditelantarkan. Pasukan Taliban menaiki jip Humvee AS dengan mengenakan seragam loreng tentara AS lengkap dengan helm dan senapan. Ribuan senapan, ratusan jip dan tank, serta puluhan pesawat tempur yang ditinggalkan pasukan AS menjadi rampasan perang gratis bagi Taliban.
Episode D-Day menjadi bukti terbaru bahwa Afghanistan benar-benar kuburan bagi kekuatan-kekuatan besar dunia. Pasukan NATO yang menjadi pendamping AS pun ikut kabur. Hampir pasti, tidak akan ada lagi kekuatan besar yang berani mencoba masuk berpetualang di Afghanistan.
Perhatian masyarakat internasional sekarang tertuju kepada Taliban. Rezim itu punya rekam jejak yang negatif dalam menerapkan undang-undang syariah. Salah satu yang menjadi sorotan paling ramai adalah perlakuan terhadap wanita.
Akankah Taliban berubah? Bola sekarang ada di kaki mereka. (*)