Anda pikir permainan anak-anak itu sepenuhnya seru dan tidak berbahaya? Cobalah bergabung dalam Squid Game. Serial produksi orisinal Netflix yang dirilis Jumat lalu itu (17/9) memanjakan penonton yang menggemari adegan slasher penuh ketegangan dan muncratan darah.
MISKIN, ditinggalkan keluarga, dan sial melulu. Formula yang cukup untuk membuat orang rela melakukan apa saja. Setengahnya untuk menyelamatkan harga diri. Setengahnya lagi untuk sekedar bertahan hidup. Tapi, bagaimana kalau upaya bertahan hidup itu berarti harus mempertaruhkan nyawa di tempat lain lagi?
Itulah yang dialami Seong Gi-hun (Lee Jung-jae). Ia adalah tipikal orang yang kehilangan segalanya karena demen berjudi. Istrinya meninggalkannya, membawa serta anak perempuan mereka. Ia hidup bersama sang ibu yang sakit diabetis. Utangnya menumpuk. Sehari-hari ia berusaha mencari tambahan uang dengan ikut judi pacuan kuda.
Dalam salah satu hari paling sial dalam hidupnya (menang taruhan, uangnya dicopet, disiksa debt collector, gagal membelikan ayam dan hadiah ulang tahun buat sang anak), Gi-hun bertemu seorang pria misterius. Si pria memberikan kartu berisi nomor telepon dan simbol geometri. Jika tertarik, ia boleh menelepon nomor itu. Mereka akan main game. Hadiahnya besar.
Lagi-lagi, ketika kesialannya menumpuk, Gi-hun menelepon nomor itu. Ia lantas dijemput mobil van pada suatu malam. Ia dibuat pingsan selama perjalanan. Setiba di lokasi tersembunyi, semua peserta dilucuti. Lalu diberi seragam bernomor. Gi-hun rupanya peserta terakhir. Nomor 456.
Aturan di tempat itu simpel. Selama enam hari, mereka akan memainkan enam game. Yang terinspirasi dari permainan anak-anak zaman dulu. Jika menang, mereka lolos ke babak selanjutnya. Dan berpeluang memenangkan hadiah uang. Jika kalah, teremilinasi.
Game pertama disebut red light green light. Diambil dari permainan lumbung padi. Salah seorang anak menutup mata sambil menghitung. Teman-temannya bebas berjalan menuju garis finis. Kalau si anak berbalik, pemain lain harus diam mematung. Kalau ketahuan bergerak, kalah. Begitu terus sampai semua orang masuk finis.
Nah, di Squid Game, permainan itu dimodifikasi. Mereka bermain melawan robot raksasa. Dalam 10 menit, ke-456 pemain harus mencapai garis finis. Jika ada yang terdeteksi membuat gerakan ketika si robot berbalik, mereka ditembaki sampai mati. Saat itulah, para pemain baru menyadari apa yang sedang mereka hadapi. Dalam sekejap, 200 lebih peserta tereliminasi. Tewas.
Dalam klausul kontrak, permainan bisa dihentikan jika mayoritas pemain menginginkannya. Para peserta bersiap-siap vote untuk menghentikan permainan. Namun, tepat pada saat itu, penyelenggara mengungkapkan hadiah bagi pemenang. KRW 45,6 miliar. Alias hampir Rp 500 miliar! Dalam sekejap juga, ratusan pemain galau.
’’Di luar sana, aku sudah pasti hancur lebur. Di sini, aku setidaknya punya harapan dan kesempatan untuk menang,’’ kata Cho Sang-woo (Park Hae-soo), sahabat masa kecil Gi-hun. Ia sebenarnya kaya raya. Tapi usahanya bangkrut. Utangnya ke bank mencapai miliaran won. ’’Aku ikut saja lah. Toh sebentar lagi juga mati. Aku punya tumor di sini,’’ kata seorang kakek bernomor urut 001, seraya menunjuk kepala.
Permainan dilanjutkan. Lebih banyak lagi orang mati. Dan lebih besar lagi peluang peserta yang tersisa memenangkan hadiah. Kekacauan dimulai ketika ancaman tidak hanya datang dari penyelenggara. Tapi juga dari sesama peserta. Yang berusaha mengeliminasi pesaing sebanyak-banyaknya…