Dilanjut: "Jadi, kita buka saja di dalam proses hukum ini sehingga publik akan melihat siapa sesungguhnya sosok LBP bagaimana proses ia selama ini jejak langkahnya dalam dugaan konflik kepentingan di dalam bisnis tambang di Papua yang berdampak pada penderitaan rakyat di Papua."
Pernyataan kontra itu luar biasa mengejutkan. Analisis prediksi bahwa kartu mereka lemah bisa terbantahkan. Sebab, mereka siap membuka kartu berikutnya. Yang publik belum tahu.
Pernyataan itu, sama saja dengan pihak Haris-Fatia, membuka sedikit saja kartu mereka. Cuma sedikit. Segera menutupnya lagi. Pastinya, tambah seru.
PARA PIHAK BAKAL NGEGAS ABIS
Tanggapan sangat keras dari pihak Haris-Fatia itu jadi mendebarkan.... Jika dikonfrontasi dengan pernyataan tegas Luhut kepada pers, seusai ia dimintai keterangan di Polda Metro Jaya, Senin (27/9).
Luhut: "Saya tidak ada sama sekali bisnis di Papua. Sama sekali tidak ada. Apalagi, itu dibilang pertambangan-pertambangan. Itu kan berarti jamak, saya tidak ada."
Dilanjut: "Jadi, saya juga tidak ingin anak cucu saya merasa bahwa saya sebagai orang tua, kakeknya, membuat kecurangan di Papua. Yang, saya tidak pernah lakukan."
Ditutup: "Jadi, biarlah dibuktikan di pengadilan. Nanti kalau saya salah, ya dihukum. Nanti kalau yang melaporkan itu salah, ya... dia dihukum. Kita kan sama di mata hukum."
Jenderal TNI (purnawirawan) Luhut B. Pandjaitan. Lulusan Akademi Militer 1970. Kini pejabat tinggi negara. Sampai menyatakan siap dihukum jika bersalah dalam kasus itu. Jelas, ini bluffing tingkat dewa.
Dari kronologi di atas, tampak bahwa bukan hanya Luhut yang melakukan bluffing. Melainkan juga Haris dan Fatia. Sama-sama bluffing. Sama-sama berani.
Di kalangan pemain poker ada pepatah: ”It’s easier to bluff a good player, than a bad player.”
Maksudnya, bluffing terhadap lawan yang andal lebih empuk daripada lawan yang gendheng. Mungkin, karena pemain andal melakukan analisis mendalam, sehingga gampang takut dan kabur. Dibanding terhadap pemain gendheng yang terus maju meskipun sudah babak-bunyek.
Sampai di sini pembaca juga menganalisis, sebagian sambil coba mengintip kartu para pemain tersebut. Tentu ada keberpihakan pembaca. Minimal di dalam hati.
Tapi, sssst.... Jangan katakan keberpihakan Anda. Kita tunggu perkembangan ini selanjutnya. (*)