Vries menyebutkan tujuh tanda sebagai simbol orang serakah.
1). Perilaku terlalu mementingkan diri sendiri menjadi hal pertama yang dilakukan orang-orang serakah.
Orang serakah selalu mengatakan "aku, aku, aku" dengan sangat sedikit memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang lain.
2). Kecemburuan dan keserakahan seperti saudara kembar. Keinginan kuat oleh orang-orang serakah untuk memiliki milik orang lain dilandasi cemburu sosial.
3). Orang serakah tidak memiliki empati. Peduli, atau memperhatikan perasaan orang lain, bukanlah repertoar mereka. Tanpa ragu, tanpa peduli, orang lain sakit karenanya.
4). Mereka tidak pernah puas. Orang serakah melihat dunia sebagai permainan zero-sum. Mereka memandang berbagai hal sebagai kue, dan mereka harus mendapat bagian terbesar.
5). Orang serakah ahli dalam manipulasi. Mereka tampil menawan, tetapi agenda utama mereka adalah memiliki orang-orang di sekitar mereka, yang memberi makan ego mereka.
6). Orang serakah fokus jangka pendek. Mereka cepat memuaskan kebutuhan mendesak mereka. Lalu, menyerahkan konsekuensi tindakannya kepada orang lain.
7). Dalam mengejar kebutuhan materi, mereka tidak mengenal batas. Orang serakah tidak pandai menjaga batas. Remnya untuk itu blong.
Berbagai kasus korupsi sudah diungkap dan diadili di Indonesia sepanjang 2021. Tapi, itu tidak membuat jera atau malu bagi calon koruptor, atau koruptor yang sedang beraksi sekarang.
Vries menyebutkan, penyebab keserakahan adalah pola asuh masa kanak-kanak pelaku serakah, yang salah. Pengasuh atau pendidik yang bersangkutan ketika masih kecil tidak berusaha menekan sifat serakah, yang merupakan salah satu anugerah Allah.
Vries: "Tanpa ambisi, manusia tetap hidup di gua-gua seperti di zaman purba. Tapi, karakter serakah bagai meminum air laut. Makin banyak minum, makin haus."
Tapi, pendapat Vries soal salah asuh di masa kecil itu dibantah para pakar psikologi klinis dunia. Sebab, belum ada riset yang membuktikan asumsi tersebut.
Keserakahan tidak cuma terwujud pada "melindas jalan baru" dan "korupsi". Melainkan juga terlontar pada ucapan dan tulisan. Di medsos.
Contoh terbaru: Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menuduh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo rasis. Lewat akun Twitter-nya @NataliusPigai2 Sabtu (2/10).
Cuitan Pigai: "Jgn percaya org Jawa Tengah Jokowi & Ganjar. Mrk merampok kekayaan kita, mereka bunuh rakyat papua, injak2 harga diri bangsa Papua dgn kata2 rendahan Rasis, monyet & sampah. Kami bukan rendahan. kita lawan ketidakadilan sampai titik darah penghabisan. Sy Penentang Ketidakadilan)."