Teh Bersahabat, Semangka Keberuntungan

Rabu 13-10-2021,03:36 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Ketika Wen Shi Handoko dan dua pendampingnya, Anuraga serta Tan Djin Meng telah berganti busana jubah berwarna hitam dengan selempang merah di pundak, para umat segera berdiri.

Budi Limantara Wijaya, perwakilan umat telah siap dengan pemukul tambur. Ia memukul-mukul tambur sebanyak 36 kali. Kemudian dijeda, setelah itu tambur kembali dipukul sebanyak 72 kali. Dijeda kembali, lalu tahap terakhir, tambur dipukul tiga kali.

Dupa dibagi-bagikan kepada umat. Handoko sebagai pemimpin ibadah, memegang tiga dupa dan mengangkatnya dihadapan altar persembahyangan. Tiga dupa sebagai simbol keharmonisan antara manusia, langit dan bumi.

Setelah tiga dupa, Wen Shi Handoko menerima sembilan dupa tak bergagang dan mengangkatnya di atas altar. Kemudian menancapkannya di hio lo atau wadah pedupaan. Sembilan berarti angka tertinggi, melambangkan kesempurnaan Tuhan.

Beberapa orang berpakaian putih menyerahkan persembahan kepada Wen Shi Handoko. Teh adalah sesaji awal. Diletakkan dalam cangkir kecil porselen, kemudian diangkat di atas altar.

Berturut-turut setelah itu ada bunga mawar, melati, pisang, semangka dan kue mangkok yang diletakkan dalam keranjang. Manisan yang diletakkan dengan cara ditusuk, di sebuah wadah. Manisan melambangkan harapan tentang kehidupan yang manis di masa depan.

Bunga mawar mengandung makna harapan akan keberuntungan dan rezeki yang mekar sepanjang tahun. Selain itu menyimbolkan cinta serta keindahan. Sedangkan melati melambangkan keharuman.

Posisi melati yang ditempatkan bersama mawar mengandung arti bahwa keduanya mewakili keseimbangan alam semesta, atau yin-yang. Setelah dipersembahkan di hadapan altar, segenap umat Konghucu berlutut dan melakukan salam pai sebanyak sembilan kali.

Handoko dan dua pendampingnya membacakan kertas berisi doa yang diajarkan oleh Nabi Kong Zi. Usai pembacaan doa, ketiganya mundur tiga langkah. Kemudian mempersilakan umat, termasuk perwakilan-perwakilan pengurus rumah ibadah Konghucu, panitia peribadatan, pengurus Makin atau Majelis Agama Konghucu Indonesia serta para pemuda-pemudi untuk melangkah ke hadapan altar.

Umat Konghucu di Kelenteng Boen Bio yang tengah khusyuk beribadah menyambut hari lahir Nabi Kong Zi. (Boen Bio untuk Harian Disway)

Sebuah upacara peneguhan iman. Mereka semua dapat menyampaikan segala keinginan dalam doa, serta mengangkat tiga batang dupa di hadapan altar. Kertas berisi doa harapan yang telah dibacakan, dibakar di atas tungku. Bermakna agar doa-doa mereka dapat membubung ke langit, lalu didengar dan diterima oleh Tuhan beserta para Dewa di kahyangan.

Tahap terakhir, seluruh umat kembali bersujud. Salam pai sekaligus membungkukkan badan sebanyak sembilan kali. Setelah itu upacara selesai. Dilanjutkan dengan beramah-tamah dan makan bersama. Para umat tampak akrab berbincang-bincang.

Setiap tahun, warga Konghucu selalu merayakan hari kelahiran nabi besar mereka. Kong Zi dan ajarannya tentang moral dan pemerintahan berkembang luas ke segala penjuru, termasuk hingga ke Jepang, Vietnam dan Korea. Kitab peninggalannya, Analek, memuat ajaran luhur yang disampaikan Kong Zi terhadap murid-muridnya.

”Beliau lahir 500 tahun sebelum Masehi dan berada dalam era pemerintahan Dinasti Zhou,” ungkap Liem. Selain mengatur tata cara peribadatan, penanggalan, sistem pemerintahan, filsafat Tiongkok, Kong Zi dikenal dengan ratusan kata-kata bijaknya yang jadi pegangan banyak orang di dunia.

Salah satunya: orang dikatakan luar biasa apabila sederhana dalam ucapan, tapi hebat dalam tindakan. ”Kesetiaan, bela negara, cinta kasih, kepemimpinan, semua ada dalam diri Nabi Kong Zi. Kami sebagai umat Konghucu, meneladani ajaran beliau,” terangnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)

Tags :
Kategori :

Terkait