EKSPOR Jawa Timur menunjukkan peningkatan yang cukup bagus. Setidaknya pada periode year-on-year (y-on-y) selama dua bulan terakhir. Pertama, periode Januari-Agustus 2020 dibandingkan Januari-Agustus 2021 naik 15,32 persen. Kedua, periode Januari-September 2020 dibandingkan Januari-September 2021 naik 16,44 persen.
Adapun nilainya mencapai USD 16,58 miliar. Angka itu terhitung naik sebesar 0,17 persen atau senilai USD 1,89 miliar. Dan negara tujuan ekspor tertinggi masih sama seperti sebelumnya. Ada tiga negara yang menjadi langganan. Yakni Amerika Serikat, Jepang, dan Tiongkok.
“Jumlah ekspor tertinggi masih pada ketiga negara itu,” ujar Koordinator Fungsi Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik Jawa Timur Umar Sjaifudin dalam konferensi pers secara virtual, kemarin (15/10). Sedangkan, nilai ekspor turun pada dua negara lainnya. Yaitu Malaysia dan India.
Ekspor komoditas migas mengalami kenaikan yang signifikan. Naik 72,95 persen dibandingkan Agustus lalu. Dari USD 55,90 juta kini mencapai USD 96,69 juta. Komoditas non-migas turun sebesar 1,95 persen dibandingkan bulan lalu. Yaitu dari USD 1,93 miliar menjadi USD 1,89 miliar.
“Komoditas non-migas masih mendominasi. Menyumbang hampir keseluruhan dari total nilai ekspor,” ungkap Umar. Kontribusinya sebesar 95,13 persen dari total ekspor. Bahkan, nilai itu naik sebesar 23,96 persen jika dibandingkan September 2020.
Golongan barang lemak dan minyak hewan/nabati masih menjadi barang andalan Jawa Timur. Mendominasi komoditas ekspor non-migas. Yakni dengan nilai transaksi sebesar USD 223,66 juta. Namun, nilai itu turun sekitar 7,55 persen dibandingkan Agustus lalu yang mencapai USD 241,92 juta.
“Golongan komoditas ini berkontribusi sebesar 11,84 persen pada total ekspor barang nonmigas Jawa Timur bulan ini. Paling banyak diekspor ke Tiongkok dengan nilai USD 97,79 juta,” kata Umar. Peringkat kedua masih ditempati oleh golongan barang dari kayu. Seperti furniture maupun perabotan rumah tangga lainnya.
Komoditas golongan kayu ini menyumbang 8,89 persen. Atau senilai USD 167,81 juta. Angka itu naik 10,91 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dan negara tujuan komoditas ini paling banyak dikirim ke Jepang. “Bulan ini nilainya USD 34,76 juta dikirim ke sana,” ungkapnya.
Ketua Komite Pengembangan Kawasan Kamar Dagang Industri Jatim Fitrajaya Purnama mengapresiasi kenaikan ekspor tersebut. Menurutnya, ekspor Jatim bisa lebih ditingkatkan. Apalagi, penurunan-penurunan ekspor sebelumnya disebabkan oleh persoalan teknis.
Misalnya, soal pengiriman barang di pelabuhan yang lambat. Maka, kata Fitra, itu harus segera diatasi. Sebab, selama ini tidak ada masalah di proses produksi. Artinya, produsen mampu memenuhi permintaan pasar.
“Hanya saja pengirimannya masih terhambat. Itu kan eman. Percuma produksi tapi gak bisa dikirim,” ujarnya. Solusinya, semua pihak harus saling berkoordinasi. Baik pemerintah pusat, Pelindo, bahkan pemerintah provinsi. (Mohamad Nur Khotib)