Direkrut pemkot melalui program Relawan Surabaya Memanggil. Sebanyak 2.000 orang mendaftar, mayoritas usia muda. Mereka dibagi tiga bidang: Sosialisasi prokes. Pembinaan Kampung Wani. Kedaruratan (termasuk pemakaman).
Salah seorang relawan bernama Gedion Kristian Prasetya. Ia ikut menangani jenazah korona. Mulai memindahkan, memandikan, hingga mengafani jenazah.
Gedion: ”Saya gabung karena ingin benar-benar membantu. Kalau bukan kita, siapa lagi, apalagi kalau lihat berita dan faktanya memang banyak tenaga medis yang bertumbangan."
Awalnya, Gedion mengaku tidak percaya pandemi Covid-19. Setelah melihat langsung, banyak yang mati, barulah ia percaya. Lalu, jadi relawan. Bertugas delapan jam per hari. "Sangat sibuk," katanya.
Kondisi sekarang, jelas pemerintah sukses mengendalikan korona. Tapi, tidak semua orang memandang begitu. Terutama soal peraturan penumpang pesawat yang wajib vaksin dan tes PCR, maksimal 2 x 24 jam, sebelum naik pesawat.
Anggota Komisi IX DPR RI Nur Nadlifah dari PKB kepada wartawan Jumat (22/10/21) mengatakan:
"Ini kebijakan aneh. Percuma masyarakat diajak menyukseskan vaksinasi, tapi kenyataan di lapangan masyarakat masih dibebani dengan tes PCR. Seharusnya masyarakat tidak dibebani dengan hal-hal yang mestinya tidak perlu dilakukan."
Dilanjut: "Kenapa saya bilang aneh? Kita selama ini berjuang mati-matian mengajak masyarakat untuk mau divaksin sehingga herd immunity tercapai. Setelah perlahan itu diterima publik, justru pemerintah sendiri yang merusaknya."
Dilanjut: "Contohnya kebijakan penumpang pesawat wajib PCR. Publik jadi berpikir, ’Oh, vaksin itu proyek bisnis kesehatan. Percuma vaksin, wong masih wajib tes PCR’.”
Suara Nadlifah itu mewakili penumpang pesawat terbang. Atau masyarakat kelas menengah ke atas, seperti anggota DPR, yang digaji negara Rp 160 juta per bulan. Karena itu, dia gunakan istilah ”proyek bisnis kesehatan”.
Pendapat Nadlifah itu biar dinilai masyarakat. Terutama di kelas menengah atas.
Sistem nilai masyarakat kadang kacau. Mengkritik, identik hebat. Apa pun. Memuji dianggap membebek. Sistem nilainya yang bermasalah. (*)