State Street Dipenuhi Hantu

Rabu 03-11-2021,09:00 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Sejarah perayaan Halloween di Amerika Serikat telah berlangsung puluhan. Bahkan mungkin ratusan tahun. Dirayakan oleh berbagai negara bagian, termasuk Chicago. Seperti di Navy Pier, sebuah dermaga yang merupakan tempat wisata. Terletak di tepi Danau Michigan.

Tri Wulandari di Navy Pier, sebuah dermaga yang merupakan tempat wisata. Kanan kiri: Hiasan Haloween di Navy Pier yang terletak di tepi Danau Michigan. (Tri Wulandari untuk Harian Disway)

Caption

Menjelang akhir Oktober, tiap sudut tempat tersebut dihiasi dengan pernak-pernik seram. Akhir Oktober sekaligus menjadi penanda menjelang berakhirnya musim gugur. ”Setelah musim gugur, kami di AS akan memasuki musim dingin. Maka Halloween menjadi perayaan penutup musim gugur,” ungkap Tri.

Tri mengawali perjalanannya di Benua Amerika sejak 2014. Pada tahun itu dia telah berada di Kanada, bekerja sebagai staf Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Vancouver, Kanada, lalu memutuskan resign dari pekerjaannya untuk mengikuti suami yang sedang menempuh studi.

Sejak 2014 pada akhir Oktober, Wulan selalu menikmati perayaan Halloween bersama Tri Kumara, suaminya. Tradisi tersebut sempat terhenti pada 2020 karena pandemi. ”Pada 2021 ini, setelah semua pembatasan dibuka, maka semua orang berbondong-bondong datang. Mereka rindu berkumpul bersama, menyaksikan parade Halloween,” ujarnya.

Sebagian para hantu di State Street yang menakutkan tapi menarik. (Tri Wulandari untuk Harian Disway)

Dia dan suami menikmati festival tersebut di Downtown Chicago, pada Sabtu, 30 Oktober. Di daerah tersebut, tepatnya di State Street, terdapat festival ”Halloweek” karena diselenggarakan saat weekend, dengan acara ”Arts in The Dark”, atau ”Parade Seni dalam Kegelapan”, yang diproduseri oleh tim Luma8. ”Salah satu bentuk acaranya tahun ini adalah Arts in the Dark. Setiap tahun acara yang digagas oleh Luma8 berbeda-beda. Sudah tujuh kali, sejak 2014,” ungkapnya. 

Pemerintah Chicago dengan wali kotanya, Lori E. Lightfoot, mendukung penuh terselenggaranya acara tersebut. Bahkan beberapa hari sebelumnya, Blommer Chocolate Company merancang poster acara dengan desain lawas. Bentuknya mirip kartu tarot. Objek rubah bermain gitar dan burung gagak yang berada di belakang perangkat drum. Melihat posternya saja, warga seakan dibawa pada era Eropa klasik. Seperti kehidupan dalam kastil Rumania dengan pangeran Count Dracula-nya.

Hiasan khas Halloween yaitu labu-labu yang diletakkan untuk memarakkan Navy Pier. (Tri Wulandari untuk Harian Disway)

Seperti kebiasaan warga AS saat Halloween, mereka turun ke jalan dengan pakaian-pakaian seram. Kemudian menepi ke tiap sisi jalan di State Street. Seorang pembawa acara naik ke atas podium. Ia mengucapkan terima kasih atas kehadiran para pengunjung dan kesempatan yang telah diberikan wali kota. Tak lupa menerangkan tentang sejarah Halloween.

Berawal dari tradisi Bangsa Kelt, yang tinggal di Britania Raya dan Perancis bagian Utara. Mereka memiliki upacara khusus yang disebut Samhain. Perayaan tersebut selalu diadakan pada Oktober. Saat peralihan musim gugur ke musim dingin. Mereka percaya, musim dingin merupakan musim yang melambangkan kegelapan dan kematian.

Ketika Samhain, dunia orang hidup dan mati akan bersatu. Bangsa Kelt selalu mengenakan pakaian dari kulit dan bertopeng kepala hewan. Menyerupai iblis agar terhindar dari ancaman roh jahat. Samhain berubah menjadi Halloween ketika tradisi Kristen menetapkan 31 Oktober sebagai perayaan ”All Hallow’s Eve” atau ”Malam Orang Kudus”. Bertepatan dengan Samhain.

Maka, sebutan ”All Hallow’s Eve” berubah menjadi Halloween. ”Tapi Halloween dari tahun ke tahun malah jauh dari kesan seram. Sekarang dijadikan ajang seru-seruan, kebersamaan, bahkan perayaan tersebut menumbuhkan kreativitas bagi tiap warga,” ungkap perempuan 47 tahun itu.

Semakin malam suasana jalanan State Street semakin ramai. Berbagai macam kostum hantu diperagakan oleh berbagai peserta parade yang berasal dari banyak perwakilan sekolah serta komunitas-komunitas budaya dan seni seperti Joffrey Ballet dan Chicago Children Choirs. ”Kreasi mereka benar-benar luar biasa. Ada yang berjalan, ada yang sambil naik kendaraan festival,” ungkapnya.

Tari-tarian, artis yang bernyanyi di atas truk terbuka, juga para peserta yang tak hanya mengenakan pakaian seram, tapi pakaian lucu ala sirkus. Bahkan cosplay superhero. ”Saya sempat membidik seorang perempuan berpakaian Wonder Woman. Dia berpose dan tersenyum melambaikan tangan,” ujarnya.

Tags :
Kategori :

Terkait