Musim Hujan Datang, Lantai Dua

Senin 22-11-2021,04:00 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Jalan Tunjungan akan dihidupkan lagi. Sudah banyak bangunan yang disulap jadi cafe dan restoran selama pandemi. Pemkot juga menghias toko-toko mangkrak dengan mural agar semua bagian Tunjungan terlihat indah. Namun ada satu yang terlewatkan: Pasar Tunjungan.

RAMAI sekali halaman Pasar Tunjungan siang Selasa pekan lalu (16/11). Pengelola pasar pasti meraup banyak untung dari pendapatan parkir. 

Masalahnya, pengendara sepeda motor itu tidak mampir ke pasar. Mereka menyeberang ke Tunjungan Plaza yang punya gedung-gedung tertinggi di Surabaya itu.

Tarif parkir di Pasar Tunjungan memang lebih murah ketimbang di dalam mal. Cuma Rp 4 ribu. Tarif flat. 

Hanya ada beberapa pengguna parkir yang mampir ke pasar. Ada deretan warung kopi di lantai dasar. 

Setiap hari, Rudy Hendrik melihat pemandangan itu. Ia adalah satu-satunya pedagang lama yang masih bertahan sampai sekarang. “Sejak tahun tujuh sembilan saya di sini. Tidak pindah,” kata pedagang jam itu.

Tokonya terpisah dari gedung utama pasar. Ia menyewa dua stan yang dibangun di dekat tangga samping. 

Kalau bukan karena pelanggan setia, ia tidak akan bertahan selama ini. Tahun lalu masih ada 10 stan yang masih buka. Namun kini jumlahnya semakin berkurang karena pandemi. Beberapa pemilik stan juga sudah meninggal. Ahli warisnya tidak mau meneruskan bisnis di Pasar Tunjungan.

Rudy memilih terus bertahan meski Pasar Tunjungan semakin sepi. “Kalau pindah, nanti dicari orang,” katanya sambil memperbaiki jam weker pelanggannya.

Jam tua itu sebenarnya sudah rusak parah. Spare part -nya sudah tidak ada. Rudy memiliki jam weker serupa. Ia mencoba pakai teknik kanibal. Tetapi tetap tak berhasil karena mesin jam itu tidak sama.

Ia menceritakan bahwa banyak pedagang yang protes ke pemkot. Revitalisasi sudah ditunggu sejak lama. Sampai sekarang janji itu tak kunjung terealisasi.

Di sisi lain, mereka terus ditagih retribusi oleh PD Pasar Surya yang mengelola 81 Pasar di Surabaya itu. Pedagang tak mau membayarnya jika fasilitas pasar tidak diperbaiki. Sebaliknya, PDPS tidak akan memulai revitalisasi jika iuran tidak dilunasi. 

Kondisinya sulit. Seperti mencari jawaban, siapa yang lebih dulu ada. Ayam atau telur.

Angka sewanya relatif tinggi untuk pasar yang rusak di sana-sini. Rudy tak mau menyebut biaya sewa tokonya. 

Ia lalu menunjuk stan warung kopi dengan luas 10 meter di lantai dasar pasar. “Yang itu bisa satu sampai dua juta per bulan,” ucapnya lalu memasang kaca pembesar khusus di mata kanannya.

Tags :
Kategori :

Terkait