Jalan Menggapai Popularitas Begitu Terjal

Senin 22-11-2021,09:04 WIB
Editor : Doan Widhiandono

Mengenalkan olahraga baru memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak kerikil yang harus dilalui. Caci-maki, hinaan dan segala pil pahit harus ditelan Iwan Heri Santoso. Bahkan sampai detik ini, ia masih terus berjuang mengenalkan olahraga ciptaannya itu.

SUSAH sekali. Begitulah perasaan yang digambarkan Iwan Heri Santoso. Si pencipta olahraga smack ball . Olahraga itu dibuat pada 2009. Sayangnya sampai sekarang masih sedikit kalangan yang tahu olahraga asyik itu.

Ia pernah mengumpulkan seluruh guru olahraga di Surabaya. Pada 2011. Ada dua ratus guru olahraga yang diundang. Baik dari jenjang SD-SMA. ”Tapi yang datang hanya 12 orang. Saat itu saya merasa sedih,” ujar bapak dua anak itu.

Padahal Iwan sudah membuat buku panduan smack ball . Seharusnya buku itu disebarluaskan ke guru olahraga yang menghadiri undangan. Sebenarnya tulisannya sudah dibaca beberapa akademisi Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Hasilnya positif. Rata-rata mereka tertarik dengan olahraga kreasi Iwan.

Buku itu sudah ditulis sejak 2010. Sudah dicetak ratusan kali. Isinya tentang teknik-teknik dasar smack ball.

Namun mau bagaimana lagi? Nampaknya guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK) kurang tertarik dengan undangan Iwan. ”Boleh jadi, surat undangan tidak sampai ke mereka. Maklum saya berasal dari sekolah swasta. Takutnya label swasta itu melekat pada smack ball ,” kata alumnus Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu.

Sekali layar terkembang, surut kita berpantang. Motivasi itu yang terpatri di dada Iwan. Ia tidak mau mundur sedikitpun untuk mengenalkan smack ball . Pada 2011, ia mendengar Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng mengadakan sebuah pameran. Yakni Youth Sport Exabithion. Semua olahraga wisata dipamerkan pada ajang di Jakarta itu.

Iwan awalnya tidak tahu bila ada bahwa ada stan khusus yang diberikan panitia untuk dirinya. Niatnya hanya datang dalam suatu acara yang dihadiri Menpora. ”Saat tahu ada stan khusus, saya kebingungan. Saya tidak menyiapkan apa pun untuk mendekorasi stan. Hanya membawa bola dan plate ,” ujar warga Sidoarjo itu.

Alhasil, Iwan hanya mendekorasi stannya ala kadarnya. Hanya menambah atribut kecil-kecilan. Dibandingkan stan lain, hanya milik Iwan yang sangat tidak menarik. Bahkan, sedikit pengunjung yang mampir ke stannya.

Tidak hanya itu, saat Menpora juga tidak melirik stan milik Iwan. Rombongan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) terus berlalu melewati stan smack ball .

Iwan sempat kecewa. Tapi kekecewaan itu tidak berlangsung lama. Rekannya yang berada di sebelahnya menyarankan Iwan untuk mencegat Menpora. Agar Andi Mallarangeng mau mampir ke stan mereka.

Tanpa pikir panjang, Iwan melaksanakan saran temannya itu. Ia mengejar Menpora yang jaraknya dua stan dari lokasinya.

”Jadi, saya cegat. Terus menerangkan sedikit tentang smack ball . Saya kasih embel-embel buatan asli Indonesia biar mau. Untungnya Menpora mau. Terus dia balik lagi mundur ke stan kami,” katanya.

Saat mencegat Menpora, para rombongan sempat memasang wajah jengkel kepada Iwan. Tapi ia Iwan menghiraukan wajah-wajah. Fokusnya mengenalkan smack ball . Ia segera mempraktikkan sekilas olahraga itu di depan Menpora. Bola seukuran bola voli dibanting ke piringan. Sehingga menghasilkan suara yang keras. 

Tags :
Kategori :

Terkait