Menanya Ulang Kevulgaran

Senin 22-11-2021,04:38 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Syska La Veggie bikin pameran Work in Progress (WIP) bertajuk Gak Boleh Begitu, Gak Boleh Begini, Katanya (Sebuah Gradasi) di Unicorn Creative Space Surabaya. Bicara apa lagi ya Syska?

Ada 13 karya dipamerkan pada 17-20 November 2021. Terdiri atas karya seni cukil mix sulam, instalasi sulam, video wawancara, pameran arsip, performance lecture, hingga instalasi parsipatory.

Pameran ini merupakan hasil presentasi dari Mini Residensi Ephemera #2 yang digelar Indonesian Virtual Art Achive (IVAA). Tak hanya itu, momen ini menandai pelaksanaan pameran tunggal pertama Syska La Veggie yang terlibat dalam program main-event Biennale Jatim IX.

Pameran dibuat sebagai artikulasi hasil riset dan pengarsipan seniman-seniman perempuan Jawa Timur dengan pengalaman berkarya yang dianggap vulgar, tabu dan represif, serta pembatasan hak berekspresi.

Karya berjudul ”Nude is Not Naked” (2020) dibuat Syska La Veggie dengan sulaman di atas kanvas (kiri). Di dinding yang lain pengunjung mengamati karya-karya Syska yang tampak bermain menggunakan medium lain. Mulai dari cukil lino, pakaian bekas, sampai cermin. Kreativitas yang ditampilkan mampu menarik perhatian pengunjung. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

Dalam pamerannya, Syska ingin mengajak publik dalam memandang bagaimana istilah vulgar dipahami. Memantulkan gradasi antar sesama seniman maupun antara seniman dan publik.

”Mengondisikan seniman perempuan yang terjebak dalam estetika normatif. Stigma terhadap pelabelan karya tidak senonoh, merupakan bentuk ketidaksadaran gender dalam ekosistem kesenian di Jatim,” papar seniman sekaligus aktivis feminis ini.

Sebelumnya, Syska melakukan pemetaan selama dua bulan. Melalui riset atas 8 seniman perempuan yang bermukim di Jawa Timur. Ada satu seniman laki-laki dan satu seniman perempuan dari non-Jawa.

Berdasarkan riset tersebut, memperlihatkan persepsi, konteks, dan nalar penciptaan masing-masing seniman yang berbeda.

Dengan menggunakan riset, ia bisa mengetahui seperti apa pemaknaan vulgar dari orang lain. Sehingga bisa memberi kebijaksanaan dalam diri untuk berkarya sesuai dengan tempatnya.

Ini sekaligus menceritakan tentang pengalaman pribadi Syska sendiri saat karyanya ditolak suatu pameran karena dianggap terlalu vulgar.

Meski sempat bikin Syska nge-down, tindakan tersebut malah membuka jalan pikirannya. Ia lalu terpancing menanyakan kembali pemaknaan vulgar atau tidak senonoh menurut khalayak luas.

Syska turut menceritakan pengalamannya terkait karya vulgaritas. Dia ingin mengajak publik dalam memandang bagaimana istilah vulgar dipahami, memantulkan gradasi antarsesama seniman maupun antarseniman dan publik.

Performance lecture oleh Syska La Veggie saat pembukaan pameran Work in Progress(WIP) bertajuk Gak Boleh Begitu, Gak Boleh Begini, Katanya (Sebuah Gradasi) di Unicorn Creative Space Surabaya. (Rizal Hanafi/Harian Disway)

”Karya di dalam pameran sebetulnya membawa pula pengalaman pribadi saya. Beberapa waktu lalu saya mengalami tindak kekerasan, baik secara fisik, verbal di rumah. Pengalaman itu membuat saya mengalami trauma. Tapi saya bertekad agar karya saya berbicara sebebasnya tentang tubuh, mencintai tubuh. Lalu ke kevulgaran,” kata lulusan STKW Surabaya itu.

Tags :
Kategori :

Terkait