Erupsi susulan terjadi pagi kemarin (6/12). Gunung tertinggi se-Jawa itu kembali menyemburkan guguran material panas. Terlihat jelas di langit Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Beberapa warga dan anggota Satgas Gabungan di Dusun Kamar Kajang sempat berlarian. Namun, ada beberapa warga Dusun Kajar Kuning nekat pulang ke rumah untuk mengevakuasi harta bendanya.
Laporan
M. Nur Khotib dari Lumajang
LANGIT Desa Sumberwuluh sudah mendung sejak pukul 10.10 pagi, kemarin. Terlihat jelas di ketinggian 800 mdpl. Yakni di Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh. Gunung Semeru yang setinggi 3.676 mdpl itu pun sama sekali tak terlihat. Tertutup asap putih yang tebal.
Saya dan Bud Wichers, fotografer lepas dari Belanda, segera turun. Ingin melihat dusun-dusun yang terdampak: Dusun Curah Kobokan. Namun, mobil kami dicegat petugas begitu tiba di gerbang Dusun Kajang Kuning. Dilarang masuk kecuali dengan jalan kaki.
Ruas jalan sudah tertimbun pasir. Tebalnya sekitar 30 sentimeter. Rumah-rumah penduduk di sekitar juga sudah kosong. Banyak yang rusak parah. Genting-genting berhamburan di tanah. Di tengah jalan, terlihat beberapa warga geger dengan petugas kepolisian.
“ Mosok nang omahku dewe gak oleh (Masa ke rumahku sendiri tidak boleh, Red),” kata Ahmad Gunawan, warga asli Dusun Kajang Kuning. Ia bersama empat saudaranya membawa dump truck . Bermaksud mengangkuti barang-barang yang tersisa di rumahnya. Namun, kendaraan mereka tidak diperbolehkan memasuki portal dusun itu.
“Kalian tidak lihat? Tadi awan panas turun. Itu masih ada!” bentak seorang petugas. Para petugas kepolisian itu berombongan membawa motor trail. Mereka mencegat satu per satu warga yang ngotot masuk dusun. Cekcok dan adu mulut pun tak terhindarkan.
“Kita ini orang sini. Jadi tahu kapan bahaya dan tidak,” celetuk M. Faisal Robbi, saudara Gunawan yang lain. Ia duduk selonjoran di jalan. Kakinya keseleo setelah cekcok dengan petugas tadi.
Tak lama kemudian seorang tokoh desa memediasi mereka. Petugas kepolisian mundur. Warga diperbolehkan masuk untuk mengevakuasi harta bendanya. Asal begitu selesai langsung kembali ke posko pengungsian.
Gunawan tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Truknya langsung diparkir persis di depan rumahnya. Ia bersama empat saudaranya mengangkuti harta benda mereka. Ada motor, sepeda, kasur, TV, laptop, hingga miniatur truk.
Seorang warga lain juga ikut masuk dengan membawa truk. Mengangkut hewan ternaknya. Ada dua ekor sapi dan empat ekor kambing. Hewan-hewan itu selamat di kandang sejak hari pertama erupsi. Tak sampai setengah jam mereka kembali ke posko pengungsian masing-masing.
Pada saat yang sama, respons berbeda ditunjukkan oleh Satgas Gabungan dan warga yang berada di Dusun Kamar Kajang. Mereka justru berlarian turun ke arah Pasirian. “Kami dan warga di sini terbirit-birit tadi. Lari ke bawah,” kata Alex, seorang petugas dari BPBD Lumajang.
Ia berjaga di pos penyekatan menuju Jembatan Gladak Perak di Dusun Kamar Kajang. Erupsi kecil itu hanya terjadi sebentar. Sekitar pukul 12.00 semua kembali ke tempat masing-masing setelah dinyatakan aman.
Hal lain terjadi di Dusun Kampung Renteng. Satgas Gabungan mengemukan tiga jenazah sekaligus sekitar pukul 10.00. Semuanya ditemukan di bawah reruntuhan rumah yang sudah hancur.
Jenazah tertimbun abu sedalam satu meter. Merka adalah Mistono (46), Wildan (13), dan Talitha (16). “Informasinya ada tujuh orang di sini. Tapi, yang ketemu hanya tiga,” kata Lettu Sukri, Danki PAN Batalyon 527 Baladipa Yudha.
Wartawan Harian Disway (kanan) mewawancarai anggota BNPB setelah susulan erupsi di Dusun Kajar Kuning, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, siang kemarin.(Foto: Bud Wichers untuk Harian Disway)